"DE MARYATI. Ini lokasi aq skrang. Aku dh di warkop dpn gang. Dikau dimanakah?"
Aku WA-in Maryati yg lg di kontrakannya. Kbtulan hari ini, katanya,
rumahnya cuma ada dia dan anaknya yg masih baby usia sekitar 1 thn.
Yeah. Aku janjian kencan sama Maryati. Sudah lama engga janjian ketemu
alias kencan sejak 2013. Ketemu pun pas lebaran kemarin. Rada canggung
krn sama-sama jumpa di kampung halaman.
Anyhow, kami janjian pukul 8 malam. Maryati tinggal sejauh 20an
kilometer dari tempat tinggalku sekarang di sebuah kota provinsi Jawa
Barat.
Selama ini kamu chatting via FB Messanger, via SMS, hingga WhatsApp.
Jauh sebelumnya pernah pakai BBM tapi kami ganti karena pernah ketauan
isteri.
Kencanku ini tanpa diketahui isteriku tentunya. Repot kalau ketauan
kapolda lagi. Sebab disamping itu, isteriku lagi ada kerjaan sama adikku
di Jakarta. Pulangnya dua minggu sekali. Anak kami, baru satu,
dititipkan ke mamahnya, alias mertuaku, di Cikarang.
Maryati membalas WA aku:
"Iya, A. Di kontrakan.
"Langsung aja kesini. Aman. Babyku baru tidur."
Aku langsung siap-siap menuju TKP. Dan Maryati sudah kirim lokasi tempat
kontrakan dia. Buru-buru aku selesaikan seporsi makan malamku di warkop
tersebut beserta tagihannya.
Aku sampai di rumahnya. Motorku diparkir didepan pintunya. Belum sempat
ngetuk pintu, tau2 udah kebuka, senyum manis Maryati hadir di pintu
masuk. "Masuk, A. Maaf berantakan." Maryati mempersilahkanku masuk. Dia
memakai daster tipis khas emak-emak kampung, warnanya biru telor asin.
Dan, olala, tanpa bra dan tanpa cangcut. Glek! Mupeng deh aku! Otak
mesumku langsung gelisah.
Sabar!
Anyway, rumah kontrakan Maryati, ukurannya sekitar 30an meter memanjang
ke belakang, kulihat cuma ada 3 ruang: ruang depan, ruang tidur, dan
dapur-merangkap-MCK. Keluar pintu belakang ada kliatan tali2 jemuran
pakaian usai dicuci.
Sekilas aku liat di ranjang ada baby lelaki sekitar umur 1 thn, lagi
terlelap tidur. Kamarnya terang. Terlihat muka bayinya. Mirip Maryati.
Mata, mulut, dan hidung peseknya.
"Assalamu'alaikum, Aa...!! Muach!" Maryati mengecup pipiku dengan canggung.
Cup! Aku balik nyium bibir dia seraya memeluk pinggangnya dan aku pun
dipeluknya sambil memeluk leher serta kepalaku. "Wa alaikum salam
warohmatullahi wabarkatuh!"
"Aku kangen sama Aa sebenarnya. Tapi kondisiku bener2 ga bagus. Kerjaan apalagi. Susah nyari duit banyak. Engga kayak dulu."
"Aku juga sama, De Mar. Kebetulan bisnisku lagi ada sedikit hasil yang bisa kusisihkan untuk hangout bareng kita ini."
"Hangout? Ha ha ha. Keren amat istilahnya, ya A. Duduk atuh, A. Duduklah
senyaman mungkin. Mumpung lagi sepi. Aku bikinin kopi, ya A?"
"Iya. Yg pait. Anakmu sehat?"
"Alhamdulillah. Bawel A."
"Ya namanya juga anak. Harus bawel lah! Ohya, aman kan?"
"Aman kok A. Tenang aja. Aa nginep aja ya. Pulangnya besok agak siangan. Sambil kubikinin sarapan.
Aku bernazar kalau bisnisku lancar aku ingin ngadain kencan sama
Maryati. Maryati adalah mantan pacarku sebelum aku nikah sama Ratna. Aku
gagal menikahi Maryati karena tidak direstui sama mama serta
adik-adikku. Padahal aku sudah sering ngentot dengan Maryati di
kostannya, waktu kami masih tinggal di Jakarta, aku kuliah dan Maryati
kerja di toko. Usia Maryati sekarang 34 tahun, dia 8 tahun lebih muda
daripada aku.
Malam ini, kami ngobrol ngalor ngidul. Ttg keadaan kami masing-masing.
Sesekali Maryati nyisipin joke-joke ringan yang bikin aku ketawa lepas.
Pula kami ngebahas aneka gosip di kampung halaman, krn ya--you
know--kami kan besar di kampung halaman yang sama. Ngebahas siapa-siapa
aja yang nikah karena hamil duluan, siapa-siapa aja perempuan yang udah
menggugurkan kandungannya akibat pacaran dan selingkuh dengan siapa.
Ngebahas juga anak-anak haram di kampung kami yang tidak diketahui bapak
biologisnya, berusaha ditutup-tutupi kenyataan siapa ayahnya yang
sebenarnya.
"Ah, entar juga pada tau sendiri, A. Buah duren disimpen baik-baik, lama-lama baunya ketauan juga kan?"
"Iya, De. Bener itu.
"Aku ngebayangin, nauzubillah, kalau kamu punya anak dari aku hasil kita em-el, gimana menurutmu?"
"Aku akan kabur dari kampung. Aku akan ngebesarin anak kita, sampai
besar. Anak ini sadar dan tahu karena kuberitahu bahwa Aa adalah papah
biologisnya. Serasional mungkin dan selogis mungkin aku akan terus
terang dan jujur, apa adanya yang telah terjadi pada kita."
"Aku suka dengan pemikiran kamu seperti itu. I love you, Maryati!"
ucapku. Bodo amat sama pemikiranmu, De Mar. Aku lebih suka sama memek
kamu. Ha ha ha.
"Ai lap yu tu," balas Maryati dengan logat Sunda-nya kental. Dan, Maryati pun suka sama kontolku.
Demikianlah. Kami seperti tahu batasan kami masing2. Maryati tidak
sedikitpun kepoin isteriku. Pun aku juga enggan nanya siapa bapak dari
bayi laki-laki yang ada tidur di ranjang itu. Kami tahu kebutuhan kami
masing-masing. Kami berdua butuh seks. Lima tahun yang lalu, ini sudah
pernah kami diskusikan, hingga ketika kami terpaksa berpisah, tapi tidak
untuk hasrat ngewe dan perlendiran kami. We need fucking, whenever,
wherever.
Obrolan terus melanjut, hingga tak terasa sudah jam sebelas dan gelas
sudah habis kopinya. Lalu, terdengar suara baby-nya Maryati.
"Entah siapa itu bapaknya jabang bayi ya? Heran. Enggak ada info dia
nikah apalagi nyebarin undangan. Apa dua anaknya dari mantan suami dia
sebelumnya engga tau ya? Bapak dan ibunya gimana--tahukah? Biarlah, agar
De Mar aja yang ngomong sendiri ke aku." Aku termangu sejenak.
Maryati segera beranjak ke ruang tengah menuju bayinya yang menangis.
Saat Maryati nyusuin, aku nenggak jamu kuat stamina yang sudah kusiapkan
dari tadi di tas. Siap-siap bertempur!
Hampir sekitar 30 menit, Maryati balik lagi ke ruang depan.
"Ngobrolnya sambil duduk disini dong, A. Engga kangen apa sama aku, A?"
Maryati narik tanganku ke arah kursi sofa panjang dimana dia duduk.
Aku tidak langsung duduk tapi terus ke arah badan Maryati, dorong
badannya sampai dia terlentang dan tanganku sudah memeluknya sambil
memegang kepalanya. Seketika kontolku ngaceng perlahan-lahan.
"Aa udah horni ya? He he he. Kita mulai?"
"Dengan senang hati, Sayang!"
"Eh, minum ini dulu dong!" Aku kasih dia food-supplement. Dua tablet: multivitamin dan minyak ikan.
"Wah, keren nih! Sip!" Maryati meminumnya. Ini penting buat stamina kami berdua. Biar kagak gempor!
Here we go! Kami berciuman. Bibir kami perpagutan. Kami saling menjilat
lidah, bertukar ludah. Gigi maryati mengigit lembut lidahku seraya
nyedot2 kencang sampai kurasa perih. Dan gantian juga, aku nyedot lidah
dia, Maryati merem-melek. Ada sekitar 5 menit french kiss kami
berlangsung.
Selama ciuman ini, aku tak lupa mengelus rambutnya yang dipotong
seleher. Pertemuan kami 5 tahun lalu, Maryati masih berambut panjang.
Sekarang dengan rambut pendeknya, tidaklah mengurangi daya tarik
seksualnya. Bibir dan matanya mirip Emma Stone. Hidungnya doang yang
tidak mancung.
Sekali-dua kali aku nyedot hidung Maryati. Gemes. "Aa masih suka sama
hidung pesek aku? Isteri Aa hidungnya lebih mancung dari aku. He he."
"Jangan ngomongin Ratna disini. Ha ha ha! Mmmuuuaachhh...!!"
"Sss aaaahh ough...!! Mmmmm...!!" Bibirnya kubekap oleh bibirku. Mencium kuat-kuat.
Aku cium juga matanya. Cium dan gigit lembut telinganya dan tak lupa
mengecup lehernya yang jenjang hingga ke pangkal dekat dada.
"Aa. Terus A. Enak."
Aku tak ketinggalan kenyot-kenyot jari-jari dan kuku-kuku kedua
tangannya. Aku suka dengan bentuk 'kuku pete' jari-jari tangannya.
Pesona kulitnya yang kuning langsat mengkilat dan ditambah menyeruaknya
aroma ASI dari dada, itu menambah ngaceng kontolku.
Akan halnya Maryati, sambil meracau nyebut-nyebut "Aa" dan namaku, dia
hanya mencengkram erat rambutku kencang. Sedotan demi sedotan ciumannya
yang kuat adalah jawaban kerinduannya akan sentuhan-sentuhan cinta serta
syahwat kami. "Mmmmuuuaaachhh haahh mmmmmaaahhhh, ...!!"
Entah siapa yang lebih dulu, tanganku sudah meraba tetek dan memek
Maryati, sedangkan tangan Maryati memijit-mijit kepala kontolku. Kami
masih berpakaian. Aksi saling jamah dan saling raba ini ada sekitar 5
menitan.
Maryati masih pada posisi dibawah, kutindih dan kutekan-tekan memeknya
dengan kontolku yang ngaceng. Pinggul dan pantat Maryati mengimbangi
tekanan kontol ngacengku. Dia menggerak-gerakkannya keatas, ngegoyang,
muter. Postur badan Maryati rada chabi karena sedang menyusui, seksi
montok, dan tingginya sama denganku, memungkikannya sekali nyaman dengan
petting seperti ini.
Ada sekitar 10 menitan, gerakan Maryati tetiba berhenti, diam,
cengkeraman tangannya pada rambutku mengencang. Aku paham, sepertinya
dia orgasme. Aku diamkan tempelan kontol ngecengku pada memeknya.
Seketika, lunglai sudah badan Maryati. Lemas! Dan senyumnya mengembang
sambil mata terpejam.
Orgasme pertama. "Makasih A! Enak banget. Masih kayak 5 tahun yang lalu. Aa mau lanjut ke ngentotin aku ya?"
Kontol aku belum layu. Sepertinya efek jamu kuat stamina mulai bekerja.
Kotolku terasa kian keras. Ujungnya membesar dan memerah. Napasku
ngos-ngosan.
"Yuk ah, sayang." Maryati membuka dasternya. Dia berdiri kemudian duduk,
merentangkan kedua tangannya, menyambutku berjalan kearahnya. Seketika
badan bugilnya terpapar dihadapanku. Teteknya yang membesar karena ASI,
tidak sebesar waktu 5 tahun yang lalu. Sekarang lebih seksi, lebih
menggairahkan. Sementara diluar, udara semakin dingin. Udah mau tengah
malam. Bodo amat!
Memek Maryati basah karena banjir usai orgasme tadi. Dia tadi lemas
banget. Namun sekarang on lagi. Horni dia. Langsung aku arahkan kontol
ngacengku ke memeknya yang basah sambil merebahkan Maryati pada karpet
tebal yang menghampar di ruang depan ini.
Kontolku sudah licin daritadi, mungkin karena petting sebelumnya. Engga
usah diludahin lagi. Ia langsung kuarahkan ke memek Maryati yang tembem.
Bless! Kerasa sekali denyutan khasnya memek Maryati yang sempit.
Krenyet! Krenyet! Kayak pantat ayam mungkin. Begini kali ya kalau punya
memek yang sempit.
"Aa tahan dulu ya. Aku dah lama engga ngentot sejak punya bayi lagi. Rada-rada sakit pas dimasukin."
"Iya, Sayang. Maaf tadi aku buru-buru."
Ada kali 2 menitan, baru kemudian aku gerakkan kontolku pelan-pelan.
Slep! Masuk-tahan 10 detik. Slep! Masuk-tahan 10 detik. Slep!
Masuk-tahan 5 detik. Slep! Masuk-tahan 5 detik. Slep! Masuk-tahan 3
detik. Slep! Masuk-tahan 3 detik. Slep! Demikian seterusnya hingga
intervalnya ada masing-masing 2 hingga 1 detik, Maryati kemudian sudah
bisa menikmati perentotannya.
Kenikmatannya masih kayak 5 tahun yang lalu. Memek sempit Maryati emang
yahud dan menjepit.Tapi masih enakan punya isteri sendiri sih!
Selanjutnya begitulah yang terjadi. Suara erangan, desahan, sumpah
serapah, makian, dan kata-kata vulgar saling berbalas. "Anjing! Enak
banget entotanmu, De! Ah, ngentot kau, De! Ah, ah, ah, ah, ah...!
Huuuuhhh!"
"Aa terus Aa. Fuck me, Aa. Aku lontemu, Aa. Aku pelacurmu, Aa. Ugh,
kawini aku, Aa. Terus ngewe aku Aa. Aaaargggghhhhh...!! Fuck you Aa...!!
Kiss my eyes (memek), Aa!"
Tapi suara kami itu sambil bisik-bisik. Takut ketauan tetangga dan ngebangunin bayinya Maryati.
Akut terus pacu kontolku di memek Maryati dengan kecepatan yang tinggi.
Kulihat mata Maryati mendelik menahan nikmat enak. Mulutnya mingkem
menahan untuk tidak bersuara.
Ada sekitar setelah 15 menitan, badan Maryati lalu menegang, melengkung
keatas. Sementara kontol ngacengku masih nancep di memeknya. "Aa Aa Aa.
Mar mau datang! Huuuhhhhh....!!"
Dia orgasme, guys! Lagi. Orgasme yang kedua.
Dan demikianlah malam itu. Kami bergumul adu keringat, adu lendir, adu
ludah, adu pelukan, adu desahan. Maryati dapat 4 ronde. Yang ketiga dari
jilatan memek. Dan keempat dari entotan kontolku. "Aahh, memek yang
enak!"
Kontolku masih keras. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 3 dini hari.
"Kontol Aa enak banget. 12 senti tapi keras dan lama. Pakai jamu kan, ya A?" tanya Maryati masih ngos-ngosan.
Aku tersenyum. "Tau aja kamu, De! Memekmu legit dan menjepit. 'Perawan memang sempit tapi janda pandai menjepit.'
"Eh, tapi, De Mar mah udah engga janda lagi dong. Ha ha ha."
"Ha ha ha. Aa bisa aja. Bapaknya si anak kebetulan lagi ada kerja diluar
kota. Dua hari lagi balik. Aa santai aja dulu disini ya. Aku masih
kangen sama Aa."
"Iya, De Mar." Aku mengusap-usap rambutnya yang awut-awutan, kemudian
usapan berpindah ke teteknya yang kecil tapi penuh ASI, lalu usapan
melanjut ke memeknya yang becek dan penuh sperma.
"Kamu pakai KB spiral, ya De?" tanyaku. "Iya, A."
Tetiba tangisan suara bayi terdengar. Maryati buru-buru ke kamar, nyusuin si bayi.
Ah, malam penuh kesan! Selingkuh yang indah. Dan kontolku yang tadinya keras mulai melembek. Aku pun capek dan mengantuk.
Selasa, 11 September 2018
KENCAN bersama binor selingkuh; beradu desah, lendir, dan peluh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar