Nama saya Dewi , ibu rumah tangga berumur 38 tahun. Berkulit putih langsat tinggi 165 cm dengan berat badan 58 kg, setiap harinya aku memakai hijab, aku memiliki payudara yang lumayan besar yaitu 36c. Menurut ibu – ibu di lingkunganku mengatakan aku termasuk orang yang beruntung memiliki tubuh yang montok berisi tapi juga tidak kurus di usiaku yang mendekati 40 tahun ini . saya menikah dengan Mas Edy (39 tahun) dan dikarunai seorang anak laki laki bernama Andi (16 tahun).
Mas Edy adalah seorang pegawai staff di perusahaan telekomunikasi milik negara, posisinya tidak begitu tinggi tapi juga tidak rendah. Mas Edy sering sekali dipercaya oleh kantornya untuk menangani berbagai permasalahan teknis telekomunikasi di berbagai wilayah di negeri ini, maklum Mas Edy termasuk pegawai senior di departmennya. Terkadang suamiku ini sering dikirim tugas oleh departmennya ke berbagai pelosok Indonesia, mulai dari pulau terpencil hingga perbatasan semua sudah pernah ia datangi. Kalo sudah begini mau tidak mau ia akan berdinas hingga berbulan – bulan jauh dari keluarga, tapi aku sebagai istri yang sudah menikah lebih dari 15 tahun lamanya sangat mengenal sifat Mas Edy sebagai pendamping hidupku. Mas Edy memiliki sifat yang setia, penyayang dan perhatian kepada keluarganya, dia juga memiliki sosok yang tegas dan terkadang memberikan perhatian lebih pada anak semata wayang kami Andi, sehingga Andi tumbuh menjadi anak yang sopan, rajin dan berprestasi.
Saya sendiri seorang ibu rumah tangga yang setiap harinya mengurus keperluan rumah tangga dari pagi hingga petang seperti mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, dll. Maklum di keluarga kami tidak memiliki pembantu walaupun kami termasuk keluarga yang terbilang terkecukupan, itu karena latar belakang saya dan mas edy yang bukan dari keluarga mampu. Ya kami berdua sama-sama memiliki latar belakang dari kampung, mas edy dari jawa timur, sedangkan saya dari jawa barat beretnis sunda. Itulah mengapa kami tidak memakai jasa pembantu karena memang kebiasaan kami yang sudah mandiri dan kami ingin Andi anak semata wayang kami bisa hidup mandiri kelak ketika ia sudah dewasa.
Walaupun saya hidup sebagai ibu rumah tangga tapi sebelum menikah dengan mas edy saya bekerja sebagai guru honorer SMP. Ya, saya seorang sarjana pendidikan sedangkan mas edy adalah seorang sarjana teknik elektro, kami berdua pertama kali bertemu dan mulai kenalan ketika menginjakkan bangku kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Jogjakarta. Mas edy adalah kakak tingkat saya dulu, walaupun kami berbeda fakultas tapi Tuhan telah menjodohkan kami dan kami pun mulai berpacaran hingga akhirnya kami menikah. Setelah menikah saya pun memutuskan untuk keluar dari dunia pendidikan karena ingin fokus menjadi ibu rumah tangga dan merawat anak semata wayang kami, hingga sekarang kami pun tinggal di kampung halamanku di kota sukabumi, jawa barat.
Sukabumi adalah kota yang kecil di jawa barat, tidak sebesar Jogjakarta dengan banyaknya minat pelajar dari seluruh Indonesia untuk kuliah di jogja membuat keberagaman etnis maupun budaya menjadi ciri khas kota pelajar tersebut. Kami tinggal tidak jauh dari rumah orang tuaku, orang tuaku pun sangat senang kami tinggal di sukabumi karena berbeda dengan saudara2ku yang lain yang sudah menetap dan tinggal bersama istri maupun suaminya di kota lain. Tapi semua itu berubah ketika mas edy mendapat panggilan tugas dari kantornya di Jakarta.
Hari itu seperti biasa kami makan malam bersama di meja makan, kemudian mas edy memulai membuka obrolannya.
“Gimana hasil UN kamu ndi ? bagus ga hasilnya? ” Tanya suamiku.
“Alhamdulillah pah, andi dapat nilai bla bla bla, andi juga mendapat peringkat umum no 2 di sekolah “ jawab Andi dengan senyum bangga.
“wah hebat kamu ya, teruskan prestasimu itu, terus kamu mau lanjut SMA dimana ? kata mama kamu mau kuliah di Universitas Indonesia di Jakarta ya setelah lulus SMA?” Tanya suamiku.
“iya pah makanya andi harus bisa masuk SMA favorit di kota ini karena persaingannya cukup ketat di jawa barat” jawab andi.
“gimana kalo kamu SMA di Jakarta aja?” Tanya suamiku, mendengar pertanyaannya itu akupun langsung bereaksi.
“maksud papa apa ? andi masih terlalu muda pah untuk tinggal sendirian di kota sebesar Jakarta !?” tanyaku heran.
“bukan begitu ma, papa ga menyuruh andi tinggal sendirian di kota Jakarta... “ jawab suamiku dengan santainya.
“terus maksud papa apa ?” tanyaku.
“2 hari yang lalu papa dapat surat dari kantor pusat di Jakarta, ternyata papa dapat surat mutasi dan mulai bulan depan bertugas di Jakarta” jawab suamiku.
“jadi maksud papa ?” tanyaku heran.
“ya mau tidak mau kita sekeluarga harus pindah ke Jakarta, bagaimana ?” Tanya suamiku dengan santainya.
Aku pun kaget dengan kabar ini, pindah ke ibu kota jakarta dengan segala hiruk pikuk aktivitasnya membayangkannya saja aku tidak senang, jujur saja aku pernah ke jakarta hanya sekali itupun untuk silaturahmi idul fitri menemui kakakku dan suaminya yang tinggal di jakarta. kesan pertama di benakku terhadap ibu kota yaitu ketimpangan sosial yang terjadi sangat nyata, yang kaya memiliki gedung dan apartmen yang tinggi sedangkan yang miskin hidup seadanya, belum lagi pemberitaan di tv mengenai macet, banjir dan kriminalitas yang marak terjadi di Jakarta. tapi berbeda dengan Andi yang sangat antusias mendengar kabar tersebut, dia membayangkan sekolah di SMA jakarta dan mendapat teman – teman dari latar belakang yang berbeda.
Mau tidak mau kamipun sekeluarga menyiapkan kepindahan rumah kami. orang tuaku tentu saja sedih mendengar kabar ini, mereka pasti merindukan cucu kesayangan mereka Andi dan juga aku putri kesayangan mereka, tapi sebagai istri yang taat pada suami tentunya harus mengikuti apa yang suami katakan. Hari itu pun tiba kami sekeluarga pindah rumah dari kota sukabumi yang sejuk dan asri ke ibu kota Jakarta. Sebelum pindah rumah aku dan andi tidak mengetahui kita akan tinggal di rumah baru dengan lingkungan seperti apa, yang pasti kata Mas Edy kami akan tinggal di rumah dinas yang layak di daerah kemayoran, Jakarta Pusat.
Hampir 2 setengah jam kami berkendara mobil dari kota sukabumi ke kota Jakarta, setelah sampai barulah kami melihat lingkungan rumah kami yang baru. Ternyata rumah baru kami memiliki 2 lantai dengan halaman dan garasi yang cukup luas, tentu lebih luas dari rumah lama kami di sukabumi yang hanya memiliki 1 lantai. rumah kami pun berada di dalam komplek perumahan milik negara. Lingkungan kami sangat dekat dengan pusat perbelanjaan, apartmen mewah maupun kantor2 pemerintahan. Yang aku heran adalah ternyata rumah kami bukan hanya dikelilingi oleh lingkungan ‘elite’ jakarta tetapi juga lingkungan yang menurutku tidak layak dijadikan tempat tinggal. Hanya 2 kilometer dari perumahan kami terdapat rumah2 kumuh berjejeran dekat rel kereta api maupun pinggir sungai yang keadaannya yang sangat jauh dari kondisi layak.
Keesokan harinya barulah kami mulai menyapa tetangga kiri – kanan rumah setelah kemarin kami sibuk memindahkan dan membereskan barang2 yang sangat banyak hingga kami kecapean dan tak sempat menyapa lingkungan sekitar. Ternyata rumah sebelah kanan kami kosong tidak ada penghuninya, sedangkan rumah kiri kami ditempati oleh bapak Heru dan istrinya ibu Lia, ibu Lia memiliki 2 orang anak yaitu Bima berusia 20 tahun dan Irma berusia 8 tahun. Keluarga bapak Heru cukup ramah ketika kami mulai menyapa dan mengenalkan diri, ibu Lia pun tidak segan untuk ngobrol menanyakan latar balakang kami dan memberitahukan informasi2 penting mengenai kehidupan di jakarta. Dari informasi yang kudapat dari ibu lia bahwa kehidupan di jakarta sangat berbeda di kampung. kehidupan sosial di komplek yang kutinggali misalnya, penduduknya acuh tak acuh terhadap lingkungan sosial, jarang sekali orang yang bersosialisasi, bahkan terhadap tetangganya pun tidak peduli. Maka dari itu jika siang hari komplek perumahan ini terasa begitu sepi karena penduduknya sibuk kerja ataupun jarang keluar rumah.
Ternyata ibu Lia adalah seorang PNS yang bertugas di kantor walikota jakarta pusat, suaminya bapak Heru sama dengan suamiku yaitu pegawai di perusahaan komunikasi negara, Irma putri bu lia masih bersekolah di Sekolah dasar sedangkan kakaknya Bima kuliah di perguruan tinggi swasta di jakarta, putra ibu lia ini berperawakan gendut dan wajah mirip seperti ayahnya. Selama aku dan bu lia mengobrol di ruang tamu ku perhatikan Bima selalu menatapku dengan tatapan aneh, seolah mencuri2 pandang ke arah buah dadaku ini yang tertutup hijab dan kaos ketat, ahh mungkin itu perasaanku saja. Ya memang setiap harinya aku hanya memakai kaos lengan panjang ataupun pakaian yang tertutup tapi sopan dan sedikit ketat juga rok panjang dengan balutan hijab di kepalaku. Aku adalah tipe wanita yang fleksibel, santai dan tidak terlalu religius tapi selalu menutup aurat ketika beraktivitas di luar rumah.
Setelah berbasa – basi dengan keluarga bapak heru kamipun pamit pulang. Suamiku hari itu juga langsung pergi bekerja, sedangkan andi mulai menyiapkan peralatan tulis maupun seragam untuk persiapannya masuk ke jenjang SMA Negeri di jakarta. Sedangkan aku ingin sekali pergi ke pasar tradisonal untuk berbelanja membeli persediaan makanan di rumah, berbekal informasi dari bu lia pagi itu juga aku sendirian keluar komplek dan pergi ke pasar tradisional terdekat dengan berjalan kaki. Ternyata berjalan kaki ke pasar tradisonal terdekat sangat jauh dan melelahkan, mungkin maksud bu lia jarak pasar dekat dengan berkendara motor bukan dengan berjalan kaki.
Sesampainya di pasar tradisional akupun mulai berbelanja kebutuhan sehari-hari, mulai dari bahan makanan seperti sayur2an, dagin, ikan, telur, dll. Ternyata pasar ini bersebelahan dengan ruko2 yang berjejer dan dibelakangnya terdapat pemukiman kumuh tempat tinggal tukang bakso, tukang becak, pemulung, dll. Tidak terasa hari sudah menunjukkan pukul 10 siang, panas matahari mulai terik dan aktivitas pasar mulai sepi, akupun memutuskan untuk pulang setelah banyak berbelanja hingga 2 bungkus belanjaan di kiri dan kanan tanganku.
Ketika sedang berjalan menyusuri deretan ruko2 ada seseorang yang menegurku.
“Pagi bu, ojek ?” Seorang pria mengenakan jaket kulit dan celana jeans lusuh yang sedang duduk diatas sepeda motor tersenyum menyapaku, tukang ojek rupanya.
“tau perumahan xxx bang ?” tanyaku. Ku putuskan pulang pakai jasa ojek setelah mengetahui jauhnya jarak antara pasar dengan perumahanku.
“ohh pasti dong bu,, ayo bu sini saya angkat barang belanjaannya” jawab dia. Setelah menaruh barang belanjaan di motor akupun langsung naik dibelakangnya. (duduk menyamping karena aku pakai rok)
“lagi borong nih bu ? kok belanjaannya banyak banget ?” Tanya tukang ojek sambil mulai menjalankan motornya.
“iyanih bang saya orang baru disini, kemarin baru pindah rumah” Jawabku.
“ooh pindah rumah, pantas saya ga pernah liat ibu ini di pasar. Kalo boleh tau ibu asalnya dari mana ?” Tanya tukang ojek mulai sok akrab denganku.
“dari sukabumi bang” jawabku.
“sukabumi ? jauh juga ya bu, kukira ibu ini orang jakarta. Ngomong2 nama ibu siapa?” Tanya tukang ojek.
“Nama saya Dewi bang, saya bukan orang jakarta. Hanya ikut suami tinggal disini” jawabku sekenanya.
“Nama saya Yanto bu, saya sudah lama ngojek di daerah sini. Biasa mangkal di pasar atau samping supermarket dekat perumahan xxx yang ibu tinggali itu. Kalo bu Dewi butuh jasa saya lagi saya siap kok bisa dipanggil he he he” jawab dia dengan cengengesan.
Perawakan bang Yanto ini berkulit sawo matang gelap dengan lengan yang kekar dan tato di tangan kirinya, wajahnya pun sedikit menyeramkan, dengan mengenakan jaket kulit dan celana jeans lusuh persis sekali dengan tokoh preman yang biasanya muncul di sinetron tv. Akupun sempat takut dengan penampilannya, tapi ternyata orangnya baik juga dan enak diajak ngobrol.
“Bang Yanto sendiri tinggal dimana ?” tanyaku, sepanjang perjalanan kami mulai akrab.
“di belakang deretan ruko pasar tadi bu” jawab bang Yanto.
“oh disana, kenapa bang Yanto ga daftar ojek online aja ? kan lumayan penghasilannya lebih besar dari ojek pangkalan” tanyaku lagi mulai mencari topik obrolan.
“saya gaptek teknologi bu he he he, saya cuma ngerti telpon dan sms aja” jawab bang Yanto cengengesan.
Setelah 10 menit barlalu kamipun sampai juga di depan rumahku. Selama berboncengan sambil ngobrol tadi akupun jadi mengenal latar belakang bang Yanto. Bang Yanto rupanya asli penduduk sini, bang Yanto seorang duda ditinggal istrinya yang meninggal 5 tahun yang lalu, memiliki 1 orang anak laki laki lulusan SMA yang sekarang telah bekerja sebagai buruh di kota lain.
“ini bu kembaliannya” kata bang yanto memberi uang kembalian.
“loh apa ini bang?” secarik kertas kecil terselip diantara uang kembalian.
“itu nomor hp saya bu, kalo bu Dewi butuh ojek lagi saya siap kok kapan aja dipanggil he he he” jawab bang Yanto cengengesan.
“oh gitu, terimakasih ya bang Yanto” senyumku sambal mengucapkan terimakasih.
“mari bu Dewi” jawab bang Yanto kemudian pergi dengan sepeda motornya.
Kemudian akupun masuk ke rumah, di ruang tv anakku Andi sedang bermalas-malasan tiduran di sofa sambil menonton TV.
“Loh mah tadi naik ojek ?” Tanya anakku.
“iya” sambil membawa barang belanjaan ke dapur.
“kenapa ga telpon Andi aja ? kan Andi bisa jemput mama pake motor” Tanya anakku.
“ga usah ndi, mulai sekarang setiap pagi kamu ga perlu repot2 anterin mama ke pasar, mama pake ojek aja. Lagipula lokasi SMA mu jauh dari rumah kan? Mulai SMA pasti kamu pulang – pergi ke sekolah naik motor, jadi ga perlu lagi anter mama ke pasar” jawabku.
“iya sih ma” jawab andi singkat.
Memang ketika SMP Andi selalu jalan kaki ke sekolah karena dulu sekolahnya dekat dengan rumah. Tapi sekarang berbeda, kota sebesar jakarta tidak mungkin beraktifitas dengan berjalan kaki, apalagi lokasi sekolah SMA nya yang jauh dari perumahan kami. Andi sengaja memilih SMA favorit di jakarta, alasannya untuk mudah diterima di universitas negeri incarannya.
Waktu pun terus berlalu, sore hari menjelang maghrib suamiku pun baru pulang kerja. Malamnya kami ngobrol seperti biasa di meja makan, ngobrol bagaimana kesannya tinggal di rumah baru dan hidup di jakarta. Esok harinya jam setengah 6 pagi suamiku mulai pamit dan berangkat kerja kembali dengan mengendarai Toyota avanza. Sedangkan bagi Andi ini adalah hari pertama bagi dia sekolah di jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA.
“mah berangkat dulu ya” kata Andi sambil mencium tangaku.
“hati – hati di jalan ya” jawabku. Kemudian andi berangkat sekolah menggunakan sepeda motornya.
Melihat anakku yang mulai mengenakan pakaian seragam putih abu – abu nya membuat ku bangga sekaligus terharu, Andi anak semata wayangku termasuk anak yang berprestasi, santun dan tidak pernah berbuat nakal di lingkungannya. Semoga sifatnya tidak berubah ketika kami tinggal di kota besar ini, dalam hatiku.
Seperti biasa, aktifitasku dipagi hari dimulai dengan mencuci pakaian kemudian menjemur cucian yang basah di balkon rumah lantai 2. Balkon rumah kami disamping kiri dan menghadap persis ke rumah bu lia, ketika sedang menjemur cucian basah aku seperti merasa sedang diperhatikan oleh orang. Ya sepertinya ada orang yang sedang memperhatikan aktifitasku diam2, ada kepala yang sedang mengintip di jendela lantai 2 dari rumah bu lia. Pastilah itu putra bu lia yang bernama Bima, Bima yang bertubuh gempal sangat mudah dikenali karena wajahnya yang tembem itu.
Bima tidak mengetahui kalau aku juga memperhatikan dirinya, Awalnya aku risih diperhatikan dengan tatapan tajam itu, seolah2 menatap tubuhku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Memangnya apa menariknya diriku ? Ibu rumah tangga yang sudah memiliki 1 orang anak di umur 38 tahun ini ? batinku. Tapi juga kuakui mungkin karena payudaraku yang berukuran 36c ini membuat para lelaki kadang mencuri - curi pandang kearah payudarahku yang sintal, atau mungkin karena pakaianku yang terlalu terbuka ? Pagi ini aku hanya memakai kaos ketat lengan pendek berwarna putih dan celana piyama tidur, walaupun begitu aku selalu mengenakan hijab setiap beraktifitas keluar rumah.
Bima terus saja memperhatikanku dari jendela rumahnya, tapi entah kenapa ada perasaan aneh di dalam diriku. Aku merasa senang diperhatikan dengan tatapan nakal itu, bahkan akupun tidak merasa risih lagi. Ketika mengambil cucian basah di ember, akupun sengaja menunduk ke arah bima agar dia bisa melihat sedikit belahan payudara ku. Kuperhatikan wajahnya mulai memerah. Ku ulangi lagi, kali ini sengaja sedikit air cucian menetes ke dadaku membuat BH berwarna merah yang kukenakan mencetak jelas dibalik kaos putih yang telah basah ini. Ahhh ada apa dengan diriku pagi ini ? libido ku naik hanya karena seorang pemuda canggung menatapku dengan nakal ? Memang kuakui kehidupan seksual ku mulai jarang dengan mas Edy semenjak dia sering ditugaskan oleh kantornya ke daerah terpencil. Kalo sudah begitu kami hanya melakukan hubungan seksual 3 – 4 bulan sekali, itupun jika mas Edy tidak kelelahan selepas pulang kerja. Setelah kegiatan menjemur cucian selesai aku langsung mandi membersihkan tubuhku, aku sudah tidak peduli lagi dengan Bima yang asyik mengintipku di jendela rumahnya.
Setelah mandi ku keringkan tubuhku, kemudian mulai mengenakan daster bercorak bunga lengan panjang serta hijab yang tidak lupa ku kenakan. Selanjutnya kegiatan yang biasa ku lakukan di pagi hari adalah memasak di dapur kemudian dilanjutkan dengan membersihkan rumah. Siangnya setelah membersihkan rumah aku pergi ke halaman depan rumah, ku tata beberapa pot bunga yang ku bawa dari rumah lama dan kemudian menyiram bunga dan tanaman.
Sedang asyiknya menyiram tanaman aku mendengar suara gaduh dari samping kanan rumahku, akupun keluar rumah mencari sumber suara tersebut. Terlihat seorang wanita paruh baya gemuk berkulit hitam sedang marah – marah dengan seorang anak yang berpakaian pelajar SMP berkulit hitam di depan rumah 2 dari kanan rumahku.
“ dari mana saja kamu ?!” tanya wanita paruh baya bekulit hitam itu dengan ekspresi marah.
“ya pulang sekolah lah mah” jawab anak tersebut yang juga sama berkulit hitam.
Dari penampilan fisiknya yang kulihat kedua orang ini adalah ibu dan anak dari papua karena kulitnya hitam legam, ibunya memiliki rambut kriting panjang dikuncir sedangkan anaknya memiliki rambut kriting pendek 1 cm.
“bohong kamu ya ?! Tadi wali kelasmu telpon mama katanya kamu bolos sekolah lagi!” bentak ibu itu.
“bener mah, demi Tuhan. masa ga percaya ?” jawab anak itu memelas.
“ah mama ga percaya! pasti kamu bolos sekolah ke warnet lagi kan? Atau nongkrong di warung itu lagi? Mau sampai kapan kamu seperti ini?!“ bentak ibu itu lagi sedangkan sang anak hanya tertunduk.
Penasaran dengan ribut – ribut di siang hari ini ku datangi mereka ibu dan anak, toh mereka juga tetanggaku sedangkan aku sebagai warga baru disini belum sempat berkenalan dengan keluarga papua ini.
“selamat siang bu.. “ sapaku kepada mereka sambil tersenyum.
“ehh iya selamat siang” jawab ibu itu tersenyum sambil mengubah ekspresi wajahnya.
“Nama saya Dewi bu, saya istri dari bapak Edy penghuni baru perumahan ini” jawabku sambil menyulurkan tangan.
“ehh.. iya salam kenal nama saya Yosina, ini anak saya Samuel. Maaf bu Dewi kalau kami berdua bikin keributan disini” jawab bu Yosina sambil tersenyum.
“ooh jadi ibu ini pernghuni baru itu” kata bu Yosina sambil menunjuk rumahku.
“iya bu Yosina kami sekeluarga baru pindah dari sukabumi 2 hari yang lalu karena suami saya pindah kantor ke jakarta” jawabku.
“ohh gitu. Saya sendiri bukan asli jakarta, kami sekeluarga berasal dari sorong papua barat. Kami sudah lama menetap di jakarta. Ini anak pertama saya namanya Samuel” sambil memperkenalkan anaknya.
“salam kenal” kataku tersenyum sambil berjabat tangan.
“ya salam kenal juga... ” kata Samuel dengan ekspresi dingin.
“maaf ya bu anak saya ini emang nakal, barusan saya di telpon oleh wali kelasnya katanya dia bolos sekolah lagi. Saya sudah sering dipanggil pihak sekolah karena dia sering bolos” curhat bu Yosina
“padahal dia ini anak yang cerdas, sekarang dia sudah SMP kelas 3 dan sebentar lagi mau ikut UN tapi sifatnya belum berubah juga. Capek saya bu sebagai orang tua mendidik dia” kata bu Yoshina dengan ekspresi sedih.
Mendengar keluhan bu Yosina akupun jadi merasa iba, membayangkan bagaimana perasaan orang tua jika memiliki anak yang susah di atur seperti Samuel ini. Beruntungnya aku yang memiliki anak seperti Andi patuh dan taat kepada orang tua. Entah dari mana akupun memiliki ide untuk membantu ibu Yosina.
“Bagaimana kalau Samuel les private di rumah saya aja bu yoshina ? kebetulan saya pernah mengajar di SMP karena dulunya saya seorang guru” tanyaku menawari jasa les privat.
“ooh begitu.. Kebetulan anak saya ini sudah kelas 3 SMP dan saya khawatir bu Dewi kalo anak saya ini tidak lulus UN karena sifatnya yang nakal” jawab bu Yosina sambil tersenyum tanda setuju.
“oh iya lalu bagaimana dengan biaya lesnya bu Dewi ?” Tanya bu Yosina penasaran.
“kalo masalah itu seikhlasnya saja bu, saya ga mengharapkan upah kok. Saya murni bantu bu Yosina dan Samuel” Jawabku sambil tersenyum.
“Terima kasih banyak bu Dewi. Saya berhutang budi karena mau menitipkan anak saya ini, karena saya sendiri setiap hari sibuk mengurus rumah dan adiknya Sam (panggilan Samuel) yang masih balita” Jawab Bu Yosina.
“Kalo begitu Samuel bisa langsung ke rumah saya setelah pulang sekolah, karena siang hari saya selalu berada di rumah kok. Hari ini pun bisa dimulai les nya” Kataku kepada mereka.
“Ahh aku ga perlu les privat segala! Sam bisa kok belajar sendiri !” kesal Samuel.
“Ga pokoknya mulai sekarang setelah pulang sekolah kamu harus ke rumah bu Dewi dan belajar yang bener!! Emangnya mama ga tau apa kalo siang – siang kamu bukannya belajar di rumah malah keluyuran ga jelas?” Bentak bu Yosina pada anaknya.
“Tapi mah... “ balas Samuel.
“Ga ada tapi – tapian pokoknya kamu mulai sekarang les private di rumah bu Dewi!” Tegas bu Yosina.
Kesal mendengar perkataan orangtuanya, Samuel langsung masuk ke rumahnya. Sementara aku dan bu Dewi membicarakan berapa biaya les dan saling menukar no HP jika seandainya Samuel bolos les private maka aku akan langsung melapor kepadanya. Setelah itu aku pun pulang kerumah menunggu Samuel untuk belajar les privat. Setelah menunggu 1 jam akhirnya Samuel datang juga.
“permisi Bu Dewi” terdengar suara orang dari luar rumahku.
“iya, masuk aja Samuel” kataku kepada Samuel dari balik pagar rumah. Kemudian Samuel masuk ke rumahku dengan membawa tas ransel sekolahnya.
“Sini duduk aja” kataku mengajak dia duduk di ruang keluarga. Kami pun duduk berhadapan diatas karpet.
“Mulai sekarang Ibu Dewi kan jadi guru lesnya Samuel, jadi Samuel ga usah malu2 ya kalo mau bertanya” kataku sambil tersenyum.
“iya bu” jawab Samuel singkat.
Akupun memulai les privat ini, mulai dari pelajaran Bahasa kemudian Matematika. Tapi selama aku mengajar, Samuel seperti tidak fokus dengan pelajaran. Matanya melihat buku tapi selalu mencuri - curi pandang ke arah dadaku ini. Ahh ada apa ini, seorang bocah SMP pun tertarik melihat bodyku yang sudah tua.
“Gimana ? kamu ngerti ngga sam apa yang Ibu jelasin ke kamu?” tanyaku menyadarkan lamunan dia.
“eehh... iya.. ngerti kok Bu Dewi”. Jawabnya gugup.
Hihi lucu juga melihat ekspresi seorang anak yang masih bau kencur ini, walaupun Samuel masih SMP tapi mungkin ini lah masa puber seorang anak laki – laki jadi kuanggap wajar apabila dia mulai tertarik melihat lawan jenisnya. Tapi entah kenapa kemudian timbul rasa iseng ku.
“aaahh capek juga ya Sam” kataku sambil menguap dan mengangkat kedua tanganku. Dadaku pun sengaja ku majukan sedikit, lalu kulihat Ekspresinya. Matanya melihat payudaraku dengan tatapan tajam seolah matanya dapat menembus daster yang ku kenakan, tapi entah kenapa aku menyukai tatapan itu.
“Ngomong2 kamu Haus ga sam ? Kamu mau minum apa? ” tanyaku sambil kedua tanganku mengapit ke bawah seolah menjepit kedua payudaraku agar terlihat lebih besar.
“Mau Minum teh atau susu ?” tanyaku sambil tersenyum menggoda Samuel.
“eh.. su.. susu Bu Dewi” jawab Samuel dengan ekspresi gugup sambil terbata2.
“Sebentar ya ibu buatin susu dulu di dapur, kamu lanjutkan jawab soal yang tadi ya” jawabku sambil bangun lalu pergi ke dapur.
Aku mulai membuatkan segalas susu putih untuk Samuel di dapur. Kemudian ku iseng mengintip Samuel dari dapur apakah anak itu mengerjakan tugas ? dan ternyata apa yang kulihat sungguh tak dapat dipercaya, Samuel sedang mengocok penisnya sendiri !! Terlihat Samuel sedang duduk mengocok penis hitam yang sudah ia keluarkan dari celan pendeknya. Melihat hal tersebut akupun menjadi salah tingkah, baru pertama kali ini aku melihat penis orang lain selain milik Suamiku tapi di satu sisi hasrat seksual ku naik melihat kejadian tersebut, apakah ini karena perbuatanku tadi menggoda Samuel ? pikirku dalam hati.
Kemudian akupun kembali ke Ruang keluarga sambil membawa segelas susu, Samuel yang melihat kedatanganku buru2 menghentikan aktivitasnya sambil memasukkan penisnya ke dalam celana.
“Sudah selesai jawab soal yang tadi ?” tanyaku seolah tak mengetahui apa2.
“be.. belum Bu dewi” jawab Samuel salah tingkah. Kulihat tonjolan besar menggelembung dari balik celana pendeknya.
“Ini susunya, diminum ya” sambil ku taruh segelas susu putih di atas meja.
Tak lama kemudian Samuel meminum segalas susu yang ku buat sambil matanya melirik ke arah dadaku.
“hayoo kamu ngeliat apa ?” tanyaku dengan senyum menggoda. Samuel pun langsung tersedak mendengar pertanyaanku hingga membuat sebagian baju dan celananya basah. Melihat kejadian itu akupun tak kuasa menahan tawa, lucu sekali melihat tingkah laku Samuel.
“hahaha yaampuun Samuel kamu kenapa siih dari tadi ?” tanyaku sambil tertawa.
“gak kenapa2 kok”. Jawab Samuel sambil tertunduk malu.
“Bu Dewi tau kok dari tadi kamu melihat ke arah dada ibu iya kaan?” tanyaku sambil tersenyum.
“...” Samuel pun terdiam dan tak berani menatap mataku.
“Emangnya ada apa di dada ibu sampe kamu ga konsentrasi belajar?” tanyaku halus.
“Ha.. habis ‘Tetek’ ibu gede banget” Jawab Samuel gugup dengan aksen ‘jakarta’nya.
“heeeh ‘tetek’ ibu ? maksud kamu Payudara ibu ini ?” sambil kedua tanganku menyentuh kedua payudaraku.
“i.. iya“ Jawab Samuel semakin gugup.
“kamu ga suka ya sama tetek ibu ?” tanyaku cemberut menggoda.
“su.. suka kok bu..” jawab Samuel.
“kalo kamu suka boleh kok pegang tetek ibu ini” tanpa sadar aku menawarkan Samuel untuk memegang payudaraku, mungkin karena hasrat seksual ku mulai naik.
“ehh boleh nih bu Dewi ?” Tanya Samuel seolah tak percaya apa yang baru saja ia dengar.
“Iya boleh, dari pada kamu ga konsentrasi belajarnya.... sini duduk disamping ibu” kataku tersenyum.
Kemudian Samuel berpindah posisi duduk disampingku, kupegang tangan kanan Samuel lalu kuarahkan tangannya untuk menyentuh Payudara kiriku yang masih tertutup daster dengan lembut.
“Gimana tetek ibu ? Samuel suka ?” tanyaku tersenyum.
“I.. iya bu dewi.. “ jawab Samuel lucu dan semakin gugup dengan muka yang merah padam.
“kalo kamu suka boleh kok kamu remas tetek ibu ini” kataku kepada Samuel sambil tanganku mulai mengajari tangannya meremas payudaraku. Perlahan tapi pasti tangan Samuel mulai meremas payudaraku dengan lembut, tanpa ku bimbing tangan kirinya pun mulai meremas payudara kananku. Kini kedua payudaraku sedang diremas oleh tangan seorang anak SMP. Kontras sekali warna kulit hitam Samuel dengan kulitku yang putih.
“Tetek bu Dewi lembut banget, Samuel suka” ucap Samuel memujiku.
Tangan2 mulai meremas payudaraku agak kencang,. Ahh rasanya enak sekali, sudah lama payudaraku tidak dijamah seperti ini oleh Mas Edy. Kemudian Cengkraman Samuel semakin kuat, remasannya pada kedua payudaraku juga semakin kencang seolah telapak tangannya ingin menyentuh semua bagian payudaraku.
“ahhh.. sam.. “ kataku menahan gejolak nafsu, sementara Samuel sudah tidak lagi melihat mataku hanya fokus ke payudaraku.
“Sam.. pelan pelan dong remasnya” kataku kepada Samuel karena makin lama remasannya semakin kencang membuat payudaraku sedikit sakit. Tapi Samuel tetap saja tidak mendengarkanku dan terus meremas.
“Sam.. ahh.. jangan keras2 remasnya tetek ibu sakit niih” kataku lagi sambil memegang pundaknya.
“ehh iyaa bu.. maaf ya.. habis tetek ibu gede dan empuk banget hehe.. Samuel belum pernah remas tetek cewek jadi maaf ya bu Dewi” jawabnya cengengesan.
“iyaa tapi jangan keras2 dong remasnya, ibu gak kemana2 kok“ jawabku
“iyadeh hehe” jawabnya singkat. Kemudian Samuel mulai meremas lagi payudaraku perlahan. Ramasan Samuel membuatku geli sekaligus nikmat, libidoku semakin tinggi.
“Habis ini kamu belajar yang serius ya Sam ?, Ibu gak mau kamu ga konsentrasi lagi seperti tadi” tanyaku.
“iya bu dewi” jawab Samuel singkat tanpa menatapku dan hanya fokus memainkan kedua payudaraku.
Sudah lebih 15 menit Samuel meremas payudaraku tanpa bosan, kadang payudaraku diremas kuat2 lalu diremas dengan lembut. Sementara aku hanya bisa mengigit bibirku menahan desahan nafsu yang keluar.
“ehm... Sudah dong sam, ayo kita belajar lagi ahh.. ” kataku menahan birahi.
“Sebentar bu.. sebentar lagi” jawab Samuel tidak memperdulikan ku. Tangannya semakin nakal, dia mulai berani mencubit payudaraku dengan gemas, terkadang dia menghimpit kanan dan kiri payudaraku.
“ehmmm... tetek ibu wangi banget, empuk banget,, Samuel suka tetek bu dewi” kata Samuel sambil membenamkan kepalanya di antara kedua payudaraku. Aku hanya bisa mengelus kepalanya yang sedang asyik menggesek2an diantara dadaku. Kemudian mataku melihat tonjolan besar dibalik celana pendeknya. Sudah ereksi rupanya.
Lalu ku pegang tonjolan itu.
“ehh ibu Dewi?” Tanya Samuel kaget menghentikan kegiatannya.
“Ibu tau kok kamu sudah ereksi kan dari tadi melihat ibu dewi, coba sini ibu mau liat titit kamu kaya gimana” kataku mulai membuka celananya.
“tapi Samuel malu bu...” jawab Samuel ragu sambil menahan tanganku.
“sudah gapapa, coba ibu mau lihat” kataku. Kemudian aku mulai membuka celana dan CD nya.
Akupun terkejut melihat dari dekat dengan jelas penis hitam yang sudah tegak berdiri karena ukurannya sama dengan ukuran Mas Edy suamiku. Bagaimana bisa seorang bocah SMP memiliki penis sebesar orang dewasa? Tanyaku dalam hati. Lalu ku pegang penis hitam yang sudah berdiri ini, terlihat cairan putih mulai membasahi kepala penis, perlahan ku kocok penis hitam Samuel dengan lembut.
“ahhh bu dewi.. “ lenguh Samuel.
“enak ya sam ?” tanyaku sambil tersenyum.
“ahh enak bu Dewi, Samuel diapain ?” lenguh Samuel, kemudian Samuel melanjutkan meremas payudaraku yang masih tertutup daster. Perlahan tapi pasti kupercepat kocokan pada penis Samuel yang sudah basah dengan cairannya.
“ahh bu dewiii” lenguh Samuel.
Aku seperti mendapat mainan baru, kedua tanganku sudah mengocok penis Samuel. Terus ku kocok penis Samuel dengan intensitas cepat. Sudah 5 menit ku kocok penis Samuel dangan kedua tanganku tapi herannya Samuel tidak ada tanda2 ingin keluar. ahh Kuat juga stamina anak ini, mungkin jika suamiku yang ada di posisi Samuel pasti sudah mencapai orgasme, pikirku.
“ahh bu dewi, terus bu... “ kata Samuel menyuruhku melanjutkan mengocok penisnya.
Ku dekatkan wajahku di penis Samuel, kulanjutkan mengocok penisnya perlahan.
“jilat bu Dewi kontol Samuel!” perintah Samuel.
mendengar ucapan itu akupun kaget. Dari mana dia tau tentang menjilat kemaluan lawan jenis ? terlebih lagi Samuel menggunakan kata ‘kontol’ yang menurutku itu kasar sekali. Akupun sempat ragu ketika harus menjilat penis orang lain selain suamiku, apalagi yang dihadapanku sekarang adalah Samuel anak SMP yang lebih muda dengan anakku. Tak apalah, toh aku hanya ‘membantu’ semuel menuntaskan birahinya agar kita bisa kembali belajar.
Pertama ku cium kepala penisnya, perlahan ku jilati lubang kencingnya terus ke bawah batangnya pun ku kocok sambil kujilat. Kemudian kukulum penisnya mulai dari atas, ahh rasanya lebih asin dari milik suamiku, baunya pun lebih menyengat seperti ada bau pesing tapi justru membuat libido ku semakin naik.
“ahhh enak bu Dewi teruss hisap kontol aku” kata Samuel. Tiba2 tangannya memegang kepalaku yang masih memakai hijab ini, ditahannya kepalaku supaya terus mengulum penisnya.
“sssllruuup slllrupp.. “ bunyi suara jilatanku.
“ahh enak banget, ibu Dewi cantik banget” puji Samuel, sementara tangannya justru menekan kepalaku agar lebih dalam lagi menghisap penisnya.
“sssllruppp ahh.. sam.. ssslrrrupp aahh..” bunyi suara mulutku beradu dengan penisnya. ahh Aku seperti sudah lupa statusku sebagai istri dan seorang ibu, dengan nakalnya menghisap penis anak SMP di rumah ku sendiri.
“aahh bu Dewiii... Samuel mau keluar..” lenguh Samuel.
“sssllrrruppp mmm.. ahh keluarin aja sam.. sslllrruppp..” kataku.
“ahh... bu... Samuel keluaar..” erangnya semakin kuat. Kemudian buru2 ku lepas penisnya dari mulutku, dan aaahhh....
Crooottt.. croootttt.. crootttt... crooott... crooott.....
Samuel orgasme mengeluarkan cairan kental sebanyak 5x di wajahku, cairan spermanya belepotan kemana2, hijab dan dasterku pun tak luput dari cairan putihnya,,, bahkan sebagian spermanya masuk ke mulutku,, ahh.. aku telan sebagian sperma itu,, rasanya asin dan gurih, cairan putihnya lebih kental dari milik suamiku.
“ahh.. maaf bu dewi.. “ kata Samuel terengah2.
“gapapa kok Sam..” jawabku singkat.
“Bu Dewi manis, cantik banget” puji Samuel sambil melihat wajahku belepotan Spermanya.
Aku pun diam saja, kemudian ku ambil tisu di atas meja lalu ku bereskan semua sperma Samuel yang berceceran di seluruh wajahku, hijab, daster dan beberapa di Karpet.
“Yaudah belajar lagi yuk” kataku kepada Samuel yang masih terdiam sehabis orgasme.
Kemudian Samuel membersihkan penisnya dan kami kembali belajar seolah2 tak terjadi apa2. Kulihat Samuel lebih konsentrasi belajar, matanya tidak lagi melihat kearah payudaraku tapi fokus ke pelajaran. Seperti yang dikatakan bu Yoshina, ternyata Samuel adalah anak yang cerdas, dia dengan mudah menjawab soal2 matematika yang kuberikan. Hampir 30 menit aku mengajari Samuel latihan soal2 UN, kemudian terdengar suara motor masuk ke dalam garasi rumahku dan kulihat Jam menunjukkan pukul 2 siang. Ternyata Andi baru pulang sekolah, kulihat dia sedang melepas sepatunya.
“Siapa itu bu dewi ?” Tanya Samuel.
“oh itu Andi anak Ibu, dia baru pulang sekolah. Nanti kamu kenalan ya sama anak ibu” jawabku.
Tak lama kemudian..
“Assalamualaikum, mah andi pulang” Kata andi.
“Waalikum salam, gimana hari pertama sekolahnya ?” tanyaku kepada Andi.
“wah seru banget mah, Andi ketemu banyek temen2 baru di sekolah. Guru dan kakak kelas juga baik2... ” senyum Andi sambil menceritakan hari pertamanya di SMA.
“hmm.. di wajah mama ada sedikit cairan putih tuuh di atas bibir..” kata Andi tiba2.
DEGG.. jantungku pun hampir copot.. ternyata masih ada sisa sperma Samuel yang tersisa di wajahku, buru2 ku usap dengan jari lalu ku jilat sperma itu ssllrrupp.
“ohh.. i.. ini.. ini tadi mama minum susu putih...” jawabku gugup. Andi tidak curiga dengan sikapku.
“ehh itu siapa mah ?” Tanya anakku.
“oh iya ini Samuel anaknya bu Yosina tetangga kita, mulai hari ini Samuel les privat sama mama soalnya dia kan udah kelas 3 SMP sebentar lagi juga mau UN makanya mama bantu belajar” jawabku.
“Halo Samuel nama aku Andi salam kenal ya, panggil aja aku Kak Andi. Kalo kamu butuh bantuan tentang belajar kak Andi siap kok bantuin he..he..he ” Kata anakku basa-basi. Inilah yang aku suka dari kepribadian anakku, Andi adalah orang yang mudah bergaul dan suka membantu siapa saja.
“Iya salam kenal kak Andi, namaku Samuel panggil aja sam...” kata Samuel dengan ekspresi datar.
“Yaudah kamu ganti baju dulu gih, terus cuci kaki. Kalo kamu mau makan mama udah masakin masakan kesukaanmu tuh di dapur” kataku.
“Okee dehh maah..” jawab Andi dengan mood senang.
Kemudian Andi masuk ke kamarnya di lantai 2 sementara aku melanjutkan belajar bersama Samuel. Lalu..
“Bu Dewi aku boleh ga pegang tetek ibu lagi ?” Tanya Samuel.
“Jangan sekarang ada anak ibu di rumah, besok lagi aja ya..” jawabku.
“Iya bu” jawab Samuel singkat
“Tapi inget lho Sam kamu ga boleh bilang siapa2 tentang kejadian tadi dan ga ada yang boleh tau termasuk anak ibu” kataku, sementara Samuel hanya mengangguk.
Setengah jam kemudian kamipun mengakhiri kegiatan belajar les privat, Samuel pun pulang ke rumahnya. Waktu pun terus berlalu, mas edy pulang jam setengah 6 sore. Kemudian malamnya seperti biasa kami bertiga makan malam bersama sambil ngobrol di meja makan. Suamiku bercerita bahwa kerjaannya di kantor semakin banyak semenjak dia ditugaskan di Jakarta sedangkan Andi sangat antusias bercerita mengenai MOS (masa orientasi siswa) di sekolahnya dan tentang teman2 baru yang dia temui. Sementara aku menceritakan tentang les private bersama Samuel anak dari bu Yosina, tentu saja aku merahasiakan kejadian meremas dan mengulum penis bersama Samuel. Mas edy yang mendengar ceritaku setuju denganku membantu anak bu Yosina les private di rumah karena suamiku sendiri mengenal suaminya bu Yosina yang bernama Bpk Paulus yang tidak lain adalah rekan kerjanya di kantor.
Karena libidoku yang tinggi semenjak kejadian tadi siang bersama Samuel, malamnya sebelum tidur aku meminta berhubungan badan dengan mas edy, tapi jawaban yang kuterima seperti biasa.
“Hari ini papa capek banget mah di kantor banyak kerjaan, besok malam aja ya” jawab suamiku dengan santai lalu tidur. Kalo sudah begini akupun harus menerima kenyataan walaupun harus tidur dengan libido yang tinggi.
ahh aku membayangkan kejadian tadi siang bersama Samuel, menghisap penisnya yang berwarna hitam besar sementara Samuel meremas payudaraku yang berukuran 36c ini,, tak terasa vaginaku sudah basah,,, ahh ada apa dengan diriku saat ini ? apakah aku sudah menjadi istri yang nakal? Lalu akupun memejamkan mata kemudian tertidur
Keesokan harinya jam 7 pagi suamiku sudah berangkat ke kantor sedangkan Andi sudah berangkat ke sekolahnya, Jadilah aku sendirian mengurus rumah ini. Seperti biasa aku ke balkon lantai 2 untuk menjemur pakaian yang basah, ketika menjemur pakaian Bima kembali mengintipku dari rumahnya seperti kemarin pagi. Kali ini aku lupa mengenakan hijab yang biasa ku kenakan karena aku baru bangun tidur. Rambutku yang panjang sebahu hanya ku kuncir kuda.
Bima terus saja mengintipku dari balik jendela rumahnya sementara aku tetap menjemur cucian basah. Ahhh mungkin sekarang bima sedang membayangkan tubuhku ini, melihat payudaraku yang besar atau melihat leherku yang putih ? entahlah. Bima terus saja memperhatikanku, matanya melotot tajam, ya ampun apakah tubuhku ini benar2 sexy hingga membuat anak tetanggaku sendiri seperti itu ? . Lalu dengan tiba2 aku menatap matanya sambil tersenyum, bima yang saat itu sedang mengintipku pun kaget karena dirinya ketahuan dan langsung menghilang dari jendela.. hihihi lucuu juga anak ini.
Setelah menjemur pakaian selesai aku langsung mandi, lalu setelah membersihkan tubuhku kulanjutkan kegiatan yang biasa ku lakukan seperti memasak dan membersihkan rumah.
Kulihat jam menunjukkan pukul 1 siang, semua pekerjaan rumah sudah ku lakukan. Jadwal kursus Samuel hanya 2 hari dalam seminggu yaitu Hari Senin dan kamis jadi hari ini aku bisa bersantai di rumah. aku bersantai duduk di sofa sambil menonton tv. Entah kenapa aku tidak fokus dengan acara di layar kaca, ya.. aku melamun memikirkan kejadian kemarin bersama Samuel anak tetanggaku sendiri, aku menyalahkan diriku sendiri tapi disatu sisi aku juga menyalahkan suamiku. Seandainya mas edy bisa memuaskan kebutuhan biologisku pasti kejadian kemarin tak akan pernah terjadi.
Ketika sedang melamun HP ku berdering, terlihat nomor tak dikenal memanggil. Siapa ya? Tanyaku dalam hati. Langsung ku jawab telpon itu.
“Assalamualaikum, Dewi apa kabarnya?” terdengar suara perempuan di seberang sana.
“waalaikum salam, baik. Maaf ya ini siapa?”
“Ini aku Fatma, teman mu waktu kuliah dulu. kamu masih inget ga sama aku?”
“ohh Fatma. Yaampun aku kira siapa. Kamu sendiri apa kabarnya ?” tanyaku senang.
Fatma adalah sahabat dan teman sekamarku dulu di kostan waktu kuliah di Jogja, hubunganku dan fatma sudah seperti layaknya saudara sendiri. Aku dan fatma memiliki kesamaan karena kami adalah mahasiswi perantauan di jogja, susah dan senang selalu kami lewati hari demi hari. Ketika lulus aku masih berhubungan dengan dia, tapi semenjak kami menikah aku dan fatma putus kontak, yang kutau fatma menetap bersama suaminya di jakarta.
“baik, aku dengar kamu sekarang tinggal di jakarta ya ?” tanya fatma.
“Iya, baru 3 hari yang lalu kami sekeluarga pindah rumah”
“Dewi aku kangen banget sama kamu, aku ingin ketemu sama kamu hari ini bisa ?” tanya fatma.
“ehh hari ini ?” tanyaku
“iya, kebetulan aku lagi di Mall xxx”
“Mall xxx? Dimana itu ?” tanyaku.
“di daerah jakarta barat, bisa ya kamu ketemuan sama aku hari ini”
“aku bisa, tapi aku ga tau dimana itu mall xxx ?”
“Emang kamu tinggal di daerah mana?” tanyanya.
“Di daerah Kemayoran jakarta pusat”
“Ohh kemayoran, kalo dari kemayoran kamu naik aja busway dari halte kemayoran terus turun di halte xxx terus naik lagi sampe ke halte xxx... “aku hanya terdiam, bingung dengan nama2 daerah yang fatma sebutkan.
“...kalo kamu masih bingung, pake aja aplikasi ojek online tapi biayanya sedikit mahal.” Katanya seolah mengetahui kebingunganku.
Mendengar kata ‘ojek’ aku langsung teringat Bang Yanto tukang ojek yang mengantarkanku kemarin. Oh iya seingatku kemarin bang yanto memberiku secarik kertas yang isinya nomor hp nya.
“ok deh, aku kesana yaa" kataku.
“aku tunggu ya di cafe xxx lantai 1” kemudian kami mengakhiri telpon.
Setelah itu aku menghubungi no telpon yang diberikan bang Yanto.
“Halo assalamualaikum, maaf bisa bicara dengan bang Yanto” tanyaku.
“waalaikum salam. iya saya sendiri, ini siapa ya ?” tanyanya.
“Ini saya bang, Ibu Dewi yang kemarin anter dari pasar” jawabku.
“ohh bu Dewi, ada apa bu ? mau naik ojek saya?”
“iya bang, bang Yanto tau mall xxx ?”
“tau bu, Ibu mau jemput dari rumah kapan ?” tanyanya.
“Sekarang bang, tapi apa bang Yanto ga sibuk?”
“Ngga kok bu ini lagi sepi” jawabnya.
“kalo gitu langsung jemput ke rumah saya ya bang”
“siyap bu Dewi langsung meluncur hehehe”
Kemudian aku bersiap ke mall xxx untuk bertemu sahabatku. Ku ganti pakaian di kamar, ku kenakan blouse muslimah lengan panjang berwarna merah dan hijab berwarna cream. Kali ini kuputuskan memakai celana panjang berbahan kain karena lebih fleksibel pikirku. Tak lupa aku merias diri dengan make up dan parfum, ku lihat diriku sendiri di depan cermin. Hmm.. walaupun aku sudah mengenakan blouse muslimah tapi tetap saja tonjolan kedua buah dadaku terlihat jelas, apalagi sekarang aku memakai celana panjang kain semakin terlihat lekuk bokongku.
Setelah rapih, bang yanto mengirim sms mengatakan dirinya sudah berada di depan rumah, lalu ku kunci rumahku dan menelpon anakku Andi yang sedang bersekolah kalo aku bakal pulang sore karena ingin bertemu teman.
Setelah itu aku keluar rumah hanya membawa tas selempang kecil dan berjalan kearah bang Yanto yang sudah stand by di atas motornya. Melihat kedatanganku bang Yanto langsung tertegun.
“aduh Bu dewi cantik banget hari ini hehe” katanya sambil cengengesan.
“ah si abang bisa aja. ayo bang berangkat” kataku langsung naik dibelakangnya, bang yanto langsung menjalankan motornya. Kemudian motornya melaju cepat ke jalan raya yang lengang.
“Bu dewi rapih banget hari ini mau ketemuan sama siapa ?” tanyanya mulai membuka obrolan.
“Mau ketemu sama teman lama bang” jawabku singkat.
“Ohh teman, kirain selingkuhan hehe”jawabnya bercanda.
“hush si abang ngomongnya!” kataku sambil menepuk punggungnya.
“hehe ya kali aja bu Dewi punya selingkuhan seperti istri2 pejabat di luar sana” balasnya lagi.
“yee emangnya saya wanita apaan, lagian juga saya masih setia kok sama suami” kataku
“ ’masih’ ? berarti ada kalanya ga setia dong sama suami hehe”
“ishh apaan si bang Yanto, udah ahh ga lucu” kataku kesal sambil mencubit pinggangnya.
“ehhh aduuuhhh sakiit hehehe bercanda bu Dewi” balasnya.
Semakin lama kecepatan motor bang Yanto semakin cepat, bang yanto mulai menyalip motor atau mobil di depannya.
“jangan ngebut2 atuh bang, pelan2 aja”. kataku sambil memegang besi belakang.
“hehe gpp bu biar cepet nyampenya, makanya ibu dewi pegangan”
Awalnya aku ragu untuk pegangan selain suamiku, tapi tak apalah daripada aku terjatuh. Kemudian aku melingkarkan tanganku di pinggang bang Yanto . Uhhh.. Tercium bau badan bang Yanto yang kurang sedap, dasar tukang ojek ga pernah mandi berapa hari pikirku. Semakin lama kecepatan motornya benar2 ngebut. badanku memeluk erat badan bang Yanto , kedua payudaraku juga semakin menekan ke punggungnya.
“Bu Dewi kalo kita lewat jalan protokol pasti bakal kena macet karena hari ini ada demonstrasi, lewat jalan tikus aja ya bu.”
“terserah bang Yanto aja” kataku.
Kemudian bang Yanto membawa motornya kearah jalan yang lebih kecil melewati rumah2 berderet terus masuk ke gang yang lebih sempit.
“Bu Dewi... “ kata bang yanto sambil menepuk pahaku.
“eh iya.. kenapa bang ?”
“Dulu saya pernah tinggal di daerah sini... “ kata bang Yanto dengan nada serius. Tangan kirinya masih berada di atas pahaku.
“ohh bang yanto pindah rumah juga ?” tanyaku.
“Bukan pindah rumah bu... Dulu saya sekeluarga punya rumah disini, tapi semenjak almarhumah istri saya sakit2an terpaksa saya jual rumah untuk menutup biaya rumah sakit istri saya. Yah tapi namanya juga sudah takdir, Istri saya justru sudah dipanggil Yang Maha Kuasa” kata bang yanto dengan nada serius. Aku yang mendengar jadi ikutan sedih mendengar curhatan bang Yanto. Ternyata dibalik penampilan bang Yanto yang seperti preman tapi ternyata sosok suami yang bertanggungjawab.
“Yasudah bang Yanto sabar aja.. mungkin ini sudah takdirnya, yang penting bang Yanto kerja yang halal sambil tetep doain almarhum istri bang yanto..” kataku. Tangan kirinya mengelus perlahan pahaku, entahlah mungkin karena bang yanto masih sedih memikirkan Alm istrinya.
“Iya bu Dewi, saya sih selalu doain almarhum istri saya setiap hari hehe... eh maaf ya bu dewi jadi curhat gini...” katanya. Tangan kirinya meremas perlahan pahaku, aku mulai sadar dengan tingkahnya, ku tepis tangannya. Dasar semua laki2 sama saja pikirku.
“Iya gpp bang”. Jawabku singkat.
Setelah 20 menit kami berkendara akhirnya sampai juga di mall xxx di daerah jakarta barat. Bang yanto menurunkanku tepat di pinggir jalan depan mall.
“Ini bang uangnya” kataku sambil memberinya uang 100 ribu.
“Yah bu.. saya ga punya uang kecil, ga ada kembaliannya”
“Udah kembaliannya buat bang Yanto aja”
“ehh serius ini bu ga salah ?”
“Iya, anggap aja rejeki untuk Bang Yanto”
“Makasih banyak nih bu dewi jadi ga enak hehe” katanya basa-basi.
“mari bu dewi” kata bang yanto sambil pergi dengan sepeda motornya.
Kemudian aku segera masuk ke Mall xxx. Suasana Mall xxx begitu ramai, walaupun di jam kerja banyak sekali pengunjung yang datang ke mall ini, maklum aku baru pertama kalinya melihat suasana Mall di jakarta. Lalu aku masuk ke salah satu cafe yang berada di lantai 1, suasanya begitu ramai, aku masih bingung dimana ya temanku Fatma itu.
“Dew.. Dewi,, siniiii “ kata seorang wanita paruh baya berhijab dengan kemeja batik melambaikan tangannya di sudut cafe.
“Fatma ?” tanyaku kaget.
“Iya aku fatma, sahabatmu dulu” katanya sambil tersenyum.
“Ya ampun fatma, apa kabarnya ? penampilanmu sudah berubah ya, sekarang kamu sudah pakai hijab” kataku senang sambil memeluk sahabat lamaku.
“hihi baik kok, iya dong kan sekarang aku sudah berkeluarga masa penampilannya sama seperti dulu“.
Aku tak menyangka penampilan fatma yang sekarang. Penampilannya sudah berubah drastis, dulu fatma adalah salah satu primadona kampus, pakaiannya selalu membuat cowo2 melirik kearahnya, di kostan saja fatma sering memakai tanktop dan celana pendek. Dulu jika ku nasehati untuk memakai hijab pasti fatma berkata ‘jangan sok suci’, ‘ga usah ngurusin hidup orang lain’. Kalo sudah begini aku hanya bisa diam, tak mau melanjutkan karena pasti ujung2nya perdebatan yang tak ada habisnya. Tapi yang membuatku kangen adalah sifatnya yang ceria dan periang itu yang selalu membuatku tertawa.
Kemudian aku dan fatma ngobrol panjang lebar mengenai kehidupan kami. Mulai dari pekerjaan, keluarga, hingga cerita masa2 kami dulu kuliah di jogja, tawa dan canda mengiringi obrolan kami.
“Emangnya anakmu Andi ga pernah minta adik baru ?” tanya fatma menyinggung ku karena hanya memiliki anak tunggal sedangkan fatma memiliki 2 orang anak.
“iya pernah si dulu, tapi kan dia sudah besar lagian aku juga sudah pasrah kalo Tuhan Cuma kasih aku 1 orang anak”
“sudah pernah cek ke dokter kandungan ?” katanya sambil menyeruput kopi.
“belum pernah”
“Kenapa ? kan nanti bisa tau masalahnya ada di siapa, kamunya yang ga subur atau sperma suamimu ”
“Ya gitu.. suamiku orangnya sibuk, dia juga ga pernah mau periksa ke dokter katanya pasrah aja mungkin Tuhan memang belum kasih anak ke 2”.
“terus kehidupan seksualmu gimana ?” tanyanya.
“Ya begitu..” jawabku singkat.
“Begitu gimana ?”
“Ya sebenarnya aku merasa kurang puas, sudah jarang berhubungan apalagi mas edy setiap malam kecapean selepas pulang kerja.. “ kataku. Aku dan fatma memang biasa terbuka dalam obrolan apapun.
“ehmm kamu pernah pake alat ?” tanya fatma.
“alat? Maksudmu ?” tanyaku bingung.
“iya alat.. seperti Vibrator atau dildo” katanya sambil berbisik.
“Dildo.. apa itu ?” tanyaku lagi.
“iih kamu polos banget sih dew masa ga tau haha... “ kata fatma sambil tertawa.
“beneran aku ga tau” kataku bingung.
“haha.. yaudah nanti gampang.. ehh dewi, liat deh.. “ kata fatma sambil melirik kearah meja samping yang ditempati 2 pemuda.
"ganteng ya mereka hehe.. “ kata fatma melirik sambil tersenyum.
“iihh fatma kamu ga berubah ya masih aja genit, inget umur dong ibu Fatma, udah punya anak juga” kataku meledek. Ternyata sifat centilnya belum berubah.
“hihi biarin weee “
Setelah ngobrol di cafe selama setengah jam, aku dan fatma jalan-jalan di mall xxx. kami pergi berbelanja di salah satu ritel yang cukup terkenal, fatma membeli beberapa pakaian sedangkan aku hanya membeli 1 buah hijab, ya memang aku tidak niat berbelanja hanya menemani sahabatku ini. Setelah berbelanja fatma mengajakku ke toko jam tangan, kemudian ke tempat counter handphone di lantai 4 membeli beberapa aksesoris HP. Capek juga pikirku menamani Fatma berbelanja keliling Mall.
Selama di lantai 4 aku melihat ke bawah tepatnya lobby mall lantai 1 suasanyanya begitu ramai, seperti ada suatu pameran atau konser dibawah karena terdapat panggung dan orang2 berkerumun.
Ketika aku sedang memperhatikan kerumunan di lantai 1, HP fatma berdering. Lalu fatma menjawab panggilan itu.
“Halo... ya.. iya.. sekarang ?.. boleh aja.. dimana ? hihihi oke deh aku kesana ya.. muah..” kata fatma menjawab panggilan di HP nya dengan raut wajah senang.
“suami mu ?” tanyaku kepo.
“ohh bukan.. temanku. Oh iya dewi maaf ya kayanya aku ada urusan nih, pertemuan kita cukup sampai disini aja ya, sorry aku ga bisa anter kamu pulang..”
“oh iya gapapa lagian sekarang sudah jam 4 sore kok, anakku pasti sudah di rumah..”
“oh iya dew aku minta alamat rumah mu ya bolehkan kapan2 aku main ke rumahmu ?” tanya fatma.
“Ya boleh lah kan kamu sahabatku, ajak juga keluargamu main ke rumahku biar nanti kita saling kenal”
“oke dehh” kata fatma.
Kemudian aku berikan alamat rumahku, setelah itu aku dan fatma turun ke lantai 1.
“Sampai sini aja ya aku anter kamu, bye bye dewi, hati2 di jalan yaa”
“iya kamu juga hati2 di jalan ya, kalo kangen sama aku kamu tinggal telpon lagi nomor ku ya?”
“kamu juga ya, kalo mau curhat lagi telpon aku aja” kata fatma. kemudian kami berpelukan.
Lalu aku dan fatma berpisah di lantai 1, kulihat dari kejauhan fatma menuju pintu barat mall meninggalkanku. Senang sekali rasanya bisa bertemu sahabat lama yang sudah putus kontak seperti fatma, apalagi sekarang aku dan fatma memiliki keluarga masing2, dan juga penampilan fatma sudah berubah.. ya dia sudah menjadi seorang ibu dan istri sama sepertiku jadi wajar sekarang dia sudah berhijab, tapi jika mengingat masa lalu dimana dulu kami sering berantem karena hal2 sepele membuatku tersenyum bahagia, beruntungnya aku memiliki fatma sebagai sahabat.
Kemudian aku berjalan kearah pintu timur mall. Suasana lobby mall xxx lantai 1 begitu ramai banyak anak muda berkerumun. Beberapa diantaranya memakai kostum kartun jepang dengan aksesoris yang menyerupai, sebagian yang lain terlihat berselfie ria, ada juga yang berjualan jajanan khas jepang dan aksesoris kartun jepang. Panggung di depan lobby mall juga menampilkan band2 bergenre rock yang dari tadi membuat suasana mall begitu ramai, hmm mungkin ini yang disebut festival jepang ? Andi pernah menyebutnya beberapa kali, anakku juga menyukai komik dan kartun jepang makanya dia pernah mengatakan kepadaku ingin datang ke festival jepang jika kami sudah tinggal di jakarta.
Akupun berjalan berdesak2an dengan kerumunan orang di lobby mall ini, pengunjung dan anak muda menjadi satu. huuh kesal juga pikirku, padahal pintu timur mall tinggal beberapa meter lagi tapi aku solah tak bergerak antara pengunjung yang ingin masuk ke mall dan ingin keluar semua berdesakan.
Ketika berdesakan menuju pintu keluar aku seperti mengenali orang di depanku.
“lho Bima ?”
“eh.. bu Dewi ?” aku dan bima kaget dan saling menatap.
“kamu ngapain disini ?” tanyaku.
“ehh anu bu Dewi.. itu.. “ kata Bima dengan ekspresi gugup.
Kulihat bima memakai kaos bergambar kartun jepang dan kemeja mambawa tas ranselnya.
“Kamu mau pulang juga ?” tanyaku.
“ehh... iya bu dewi aku juga mau pulang”
“kalo gitu pulang sama2 yuk.. naik busway kan ? Bu dewi belum pernah lho naik busway transjakarta” kataku. Kebetulan nih ada Bima anak tetanggaku jadi sekalian kita pulang sama-sama, pikirku.
Kemudian aku dan bima pergi ke halte busway terdekat, bima mengajarkanku bagaimana membeli tiket busway, lalu dia juga mengarahkanku dimana harus menunggu pintu yang tepat, lama juga menunggu busway yang datang, maklum ini adalah pertama kalinya aku naik busway.
“hmm Bu dewi...” kata Bima memecahkan kesunyian.
“Iya.. ada apa ? “tanyaku.
“Bu dewi jangan bilang orang tua ku ya..” kata bima.
“soal apa ?” tanyaku bingung.
“itu.. sebenarnya hari ini aku bolos kuliah...” kata bima ragu.
“loh kenapa kamu bolos kuliah ?” tanyaku penasaran.
“ehh anu.. bu dewi... karena hari ini ada acara festival jepang di mall jadinya aku bolos kuliah, tolong jaga rahasia ini ya bu.. jangan sampe orang tuaku tau aku bolos kuliah” kata bima memohon.
“yaudah gapapa kali ini aja ya.. tapi jangan sering2 kamu bolos kuliahnya” kataku mencoba menasehati.
“iya bu dewi” Katanya singkat.
“Kamu suka kartun jepang juga ?” tanyaku.
“maksud bu Dewi anime jepang ? iya aku suka sama anime atau sesuatu yang berbau tentang jepang” kata bima.
“Anakku si Andi juga suka lho sama kartun jepang,dia juga punya banyak koleksi komik2 jepang. sekali2 kamu main aja ke rumah ibu ya ?” kataku.
“ehh.. boleh bu dewi ?”
“ya bolehlah masa ga boleh” kataku.
Kemudian Busway yang kami tunggu akhirnya datang. Pintu busway terbua dan seketika aku melihat orang2 berdesakan di dalam.
“ehh kok rame banget, kamu yakin ini busnya ?” kataku heran.
“iya bu dewi, emang kalo udah sore biasanya rame sama pegawai kantoran yang mau pulang” katanya.
Setelah itu aku dan bima naik ke dalam busway yang penuh sesak, karena kami tidak kebagian tempat duduk terpaksa kami berdiri. Setelah 5 menit busway berjalan aku merasa ada seorang pria yang memepetkan tubuhnya ke belakangku, awalnya aku tak curiga mungkin karena kondisi bus yang penuh. Namun ketika beberapa penumpang mulai turun dan bus sudah sedikit longgar pria yang kutaksir umurnya 60an itu mulai menggesekkan tubuhnya ke bagian belakang tubuhku. Bahkan tangannya mulai meremas bokongku, kontan saja aku marah tapi di satu sisi aku tak ingin membuat keributan apalagi ada bima disampingku bisa2 nanti dia menceritakan kejadian ini ke ibunya. Aku hanya diam saja, pria tua itu masih menggesekkan tubuhnya sambil meremas bokongku.
Ketika aku menengok ke belakang ya Tuhan, ternyata dia sudah mengeluarkan alat kelaminnya dari tadi! Bahkan sekarang dia sudah menggesekkan alat kelaminnya di bokongku, ingin sekali rasanya pindah posisi tapi ternyata bus kembali penuh setelah penumpang baru mulai masuk. Posisiku benar2 terhimpit oleh penumpang lain, tangan pria tua itu mulai bergeser meremas kearah bawah tubuhku tepatnya dibagian vaginaku. Aku yang hanya mengenakan celana panjang berbahan kain merasa geli karena jari2nya terus saja menggesekkan di vaginaku. Ku tepis tangan itu sementara aku hanya bisa merapatkan kedua kakiku. Bukannya jera pria tua itu justru cengengesan melihatku. Kemudian dia mulai menekan kemaluannya yang sudah berdiri kearah bokongku dari belakang. Aku benar2 panik, kulihat disekitar tidak ada orang yang sadar melihat kejadian ini. Bahkan bima yang ada di sebelahku sedang asyik melihat HP nya. Tangan pria tua itu semakin menahan tubuhku, bahkan sekarang tangannya mulai menjamah buah dadaku. Ahhh jangan... jangan di kedua payudaraku, bagian tubuhku yang paling sensitif ini.
“ssssshh ehmmm...” tanpa sadar aku sedikit mendesah menerima rangsangan dari pria tua itu.
Tangannya mulai meremas payudaraku perlahan, mungkin orang lain tidak akan bisa melihat karena tangannya tertutup oleh tas selempangku. Kemaluannya terus saja digesekkan membuatku semakin geli, entah kenapa libidoku naik menerima rangsangan ini. Aku hanya bisa menahan rangsangan ini sambil ku tahan untuk tidak mendesah.
“sudah nikmati saja “ kata pria tua itu tiba2 membisikkan dari belakang. Tubuhku jadi sedikit menungging. Pria tua itu semakin semangat menggesekkan tubuhnya di belakangku.
Tanpa sadar aku sudah menggandeng lengan bima yang berada di sampingku. Bima menatapku kebingungan, sementara aku hanya bisa memejamkan mata, kuharap kejadian ini cepat berakhir pikirku.
“kenapa Bu Dewi ?” kata bima.
“ehh.. ngga.. itu.. Ibu Cuma sedikit pusing, ngga enak badan...” kataku. Tiba2 pria tua itu mempercepat gesekan kemaluannya di bokongku.
Aku semakin erat menggandeng lengan bima menahan serangan birahi, buah dadaku yang sebelah kiri jadi semakin erat di lengan bima sementara yang kanan di remas oleh tangan pria itu. Setelah itu pria tua itu menghentikan aktivitasnya, dan menjauh. Ku rasakan ada cairan hangat di bokongku, ahhh apa jangan2... ? Sialan, pria tua itu menyemprotkan air maninya di bokongku. Celana kain yang kukenakan jadi basah oleh air maninya, untungnya aku membawa tisu di tas, kubersihkan sisa2 air maninya. Tak lama kemudian kulihat pria tadi turun di salah satu halte, sebelum turun dia melirik kearahku sambil memasang muka mesumnya, kubalas dengan tatapan tajam.
“”Ibu Dewi gapapa ?” tanya bima heran.
“iya gpp” kataku singkat. Untungnya tidak ada orang yang melihat kejadian ini.
Setengah jam kemudian kami sampe juga di halte tujuan, ternyata jarak halte 200 meter dari gerbang perumahan.
“Terima kasih ya Bima sudah anterin Ibu dewi pulang.”
“iya sama-sama bu” katanya.
“Kalo kamu bosen di rumah main aja ke rumah sama Andi, kan hobimu berdua sama”
“ohh.. iya bu dewi, kalo ada waktu aku main ke rumah”
“Yaudah salam ya buat bu Lia (mamanya Bima)” kataku
Kemudian aku dan bima berpisah di depan rumah kami masing2. Jam menunjukkan pukul setengah 5 sore, andi pasti sudah pulang sekolah. Kemudian aku masuk ke dalam rumah, capek juga hari ini.
Malam harinya aku masih memikirkan kejadian tadi sore di busway, ya.. aku tak menyangka pelecehan yang pertama kalinya kualami dalam hidupku terjadi di dalam busway. Memang sebelumnya aku pernah mendengar tentang pelecehan seksual di angkutan umum jakarta, tapi aku tak menyangka pelecehan yang kualami terjadi padaku saat pertama kali naik busway. Parahnya lagi aku seolah tak menghentikan peristiwa tersebut, seolah mengizinkan pelaku seksual tersebut melakukan sesukanya. Mengapa aku tak menghentikan pelecehan tersebut ?
“ma.. maa... ” tegur andi mengagetkanku yang sedang melamun di meja makan.
“eeh,, iyaa ?”
“mama kok dari tadi melamun aja sih ? andi kan mau ngomong sesuatu sama mama..” kata andi.
“ehh maaf ya sayang.. emang kamu mau ngomong apa ?” tanyaku.
“ini mah, mulai sekarang setiap sabtu andi masuk sekolah... ”
“loh kok sabtu masuk sekolah ? kata kamu sekolahnya dari hari senin sampe jumat ?” tanyaku.
“iya karena mulai minggu depan andi ikut ekstrakulikuler”
“ekstrakulikuler apa ?”
“paskibra mah.. kan andi udah ikut paskibra dari SMP makanya SMA ikut paskibra juga”
“ooh gitu.. gpp kok kamu ikut ekstrakulikuler yang penting jaga kesehatan kamu ya, jangan sampe nanti badanmu sakit kecapean”
“iya mah tenang aja andi selalu jaga kesehatan kok” jawab andi.
“dan jangan lupa belajar mu jangan ditinggal lho ndi, jangan sampe nanti nilai mu turun “ kata suamiku tiba2.
“iya pah, tenang aja.. andi juga selalu belajar kok”
“oh iya ndi kamu akrab sama bima ?” tanyaku.
“mas bima tetangga kita ? ngga terlalu sih, emang kenapa mah ?” tanya anakku.
“kebetulan mama ketemu sama bima di mall tadi sore, nah di mall itu ada acara festival jepang, dulu kamu pernah bilang kan pengen pergi ke festival jepang ?”
“oh iya mah aku pengen banget pergi ke festival jepang ” kata andi dengan antusias.
“nah si bima itu ternyata hobinya sama juga kaya kamu tuh suka kartun jepang. Mama mau kamu akrab sama bima tetangga kita karena mama ga mau kamu cuma sibuk di kegiatan sekolah tapi ga pernah bersosialisasi sama tetangga” kataku.
“iya deh mah nanti aku coba akrab sama mas bima” kata andi
Hari demi hari terus berlalu, tak terasa sudah 3 minggu kami sekeluarga tinggal di jakarta. Aku sudah mulai menyesuaikan diri dengan suasana kota ini. Kegiatan yang kulakukan setiap hari selain mengurus rumah yaitu mengajari Samuel les privat di rumahku senin dan kamis. Semenjak kejadian hari pertama aku mengizinkan Samuel meremas payudaraku, Samuel mulai kurang ajar kepadaku. Setiap les privat Samuel pasti meminta meremas kedua payudaraku, aku tahu ini perbuatan yang salah tapi ketika aku menolaknya dengan halus Samuel justru ngambek dan mengancam tidak mau belajar lagi. Akhirnya aku yang mengalah, setiap les private Samuel bebas meremas kedua payudaraku tapi tentu saja aku tidak mengizinkan Samuel untuk berbuat lebih jauh seperti memperlihatkan kedua payudaraku atau kadang Samuel memintaku untuk menghisap penisnya lagi tentu saja aku tolak.
Pagi ini suasana langit ibukota diselumuti awan mendung, angin pun bertiup cukup kencang pertanda akan turun hujan, maka dari itu sejak pagi aku mengurungkan niat untuk menjemur pakaian di balkon rumah. Tapi aku baru sadar persediaan makanan sudah menipis karena biasanya aku selalu belanja bahan pokok ke pasar 2 - 3 hari sekali, dan hari ini waktunya untuk belanja. Tapi sepertinya sebentar lagi akan turun hujan, apa sebaiknya aku mengurungkan niatku untuk belanja ke pasar ? tapi jika aku tak ke pasar maka hari ini aku tidak masak untuk makan malam ? setelah kupikirkan aku memutuskan pergi ke pasar dan berharap hujan tidak datang atau setidaknya hanya gerimis.
Kuhubungi bang yanto ojek langgananku untuk mengantar ke pasar. Bang yanto sudah menjadi ojek langgananku semenjak aku pindah ke jakarta. Alasanku menggunakan jasa bang yanto karena tarif ojeknya cukup murah dan biasanya aku pulang – pergi ke pasar dengan bang yanto.
Setelah bang yanto mengantarkanku ke pasar akupun mulai belanja kebutuhan pokok. Suasana di pasar tidak seramai yang biasanya, maklum sih cuaca mendung seperti ini biasanya orang akan tetap di rumah ketimbang belanja di pasar. Tapi tidak dengan para pedagang pasar, walaupun cuaca mendung dan angin bertiup cukup kencang tapi para pedagang pasar tetap berjualan seperti biasa, salut deh untuk para pedagang pasar yang tetap berjualan demi keluarganya.
Setengah jam aku belanja di pasar dan gerimis mulai turun, para pedagang mulai membereskan dagangannya dan memasang tenda ataupun terpal. Aku kemudian menghampiri bang yanto yang dari tadi menungguku di parkiran.
“Bang pulang yuk, sudah mulai gerimis nih” kataku sambil membawa belanjaan.
“oh iya bu” kata bang yanto sambil menaruh barang belanjaan di motor.
Ketika aku mulai naik dibelakang bang yanto tiba2 hujan turun dengan derasnya, para pedagang maupun orang di sekitar pasar berlarian mencari tempat teduh. Bang yanto sendiri langsung tancap gas motornya menjauhi pasar. Bang yanto semakin ngebut mengendarai motornya sementara pakaian yang kami kenakan sudah mulai basah karena derasnya air hujan yang turun.
“Bu dewi ini hujannya semakin deras, mau neduh di pinggir jalan atau langsung pulang aja ?” tanya bang yanto.
“langsung pulang aja bang” kuputuskan langsung pulang karena jarak rumah yang sudah dekat.
“maaf nih bu dewi saya lupa bawa jas hujan... “ kata bang yanto.
Akhirnya kami sampai juga di rumah dengan pakaian yang basah.
“masuk dulu bang, pulangnya nanti aja masih hujan” kataku sambil membuka pagar rumah, kemudian bang yanto memasukkan motornya ke garasi rumahku.
Lalu ku persilahkan bang yanto untuk masuk ke ruang tamu sambil aku taruh belanjaan di dapur, ketika ku nyalakan saklar lampu, lho kok lampunya ga hidup ? ternyata sedang pemadaman listrik otomatis keadaan rumah gelap.
Bang yanto masih duduk di ruang tamu ketika kubawakan 2 cangkir teh hangat.
“aduh ga usah repot2 bu jadi ga enak nih..” kata bang yanto basa basi.
“udah gpp bang, duduk dulu aja temanin saya disini. Lagian hujannya masih deras gini masa mau pulang nanti kehujanan bang yantonya sakit gimana ?” kataku.
“iya sih bu hehe..”
Memang dari awal ketika kusuruh untuk berteduh di rumah bang yanto sedikit menolak dan ingin langsung pulang, tapi karena hujan deras terpaksa dia mau untuk berteduh. Kamipun ngobrol santai di ruang tamu sambil ditemani oleh teh hangat.
Sudah sekitar 30 menit aku dan bang yanto ngobrol di ruang tamu tapi listrik belum juga menyala sementara hujan diluar justru semakin deras disertai petir. ketika mengobrol kuperhatikan mata bang yanto sesekali melirik kearah buah dadaku, sebenarnya aku risih juga apalagi sekarang dirumah hanya ada aku dan bang yanto tidak ada orang lain selain kami berdua. Astaga, aku baru sadar kaos putih yang kukenakan ternyata masih sedikit basah karena hujan tadi otomatis baju yang kukenakan tembus pandang menampakkan BH ku yang berwarna hitam.
“Bu dewi maaf saya izin ke kamar mandi dulu” kata bang yanto.
“oh iya bang, letak kamar mandinya di belakang masuk aja”
Setelah bang yanto beranjak dari sofa kemudian aku segera ke kamar untuk ganti baju yang lebih sopan sekalian juga ambil uang yang ada di laci lemari untuk bayar ojek bang yanto.
Suasan gelap menyelimuti kamarku, sementara cahaya hanya datang dari jendela kamar. Selesai ganti baju aku pun keluar kamar. Ketika ku buka pintu kamar kulihat bang yanto sudah berdiri didepanku.
“ehh bang.... ?”
Belum sempat ku bertanya tiba2 bang yanto sudah mendorong tubuhku, akupun terpental dan terjatuh di Kasur. Kemudian tanpa mengeluarkan satu katapun bang yanto menidih badanku.
“ehhh... apa apaan ini ?! bang yanto. ?? jangan kurang ajar ya uhmmmm...”
Tiba2 saja bibirku dilumat oleh bibirnya, lidahnya berusaha untuk masuk ke dalam mulutku,
“Uhmmmm mm.. ahhh.. bang uhmmm...”
Bang yanto tidak membiarkan ku berbicara, terus saja melumat bibirku dengan lidahnya, tangannya mulai meremas kedua payudaraku dengan kasar, sementara selangkangannya terus saja menggesek kearah kemaluanku. Aku berusaha memberontak tapi tenaganya sangat kuat dan badannya yang besar menindih badanku yang kecil ini.
Kemudian tangannya memaksa untuk membuka kaos yang kukenakan, disobeknya bajuku dengan kasar lalu ditariknya tali BH ku hingga kedua payudaraku telihat olehnya. Tak butuh waktu lama untuk bang yanto menjamah kedua bukit kembarku yang berukuran 36c.
Disingkapnya hijabku tanpa melepaskan hijab yang kukenakan.. terlihatlah leherku yang putih. Bibirnya kemudian berpindah kearah leher dan tengkuk ku dicium dan dijilat olehnya meninggalkan bekas cupangan merah, sementara jari2nya terus saja memainkan payudaraku sambil sesekali memelintir putingku, ahhh.. rasa jijik dijamah lelaki lain bercampur rasa geli membuat libidoku naik. Setelah puas menciumi leher dan tengkuk,bibir bang yanto berpindah kebawah kearah kedua payudaraku, di kemotnya pentil payudaraku sebelah kanan sementara tangan kirinya memelintir puting kiriku.
“ahh mmm... bang yanto.. jangaan... “ aku berusaha menahan desahan gejolak nafsu ini sambil tanganku menahan kepala bang yanto yang ada di payudaraku.
Bang yanto terus saja mengenyot pentil payudaraku, di hisapnya kuat2 sambil digigitnya perlahan, rasa sakit bercampur nikmat yang kurasakan.. bahkan sekarang kedua payudaraku bergantian dihisap dan digigit olehnya meninggalkan bekas cupangan2 merah di sekitar payudaraku. Tanpa kusadari celana panjang kain yang ku kenakan sudah di lepas olehnya, tangannya mulai meraba2 vaginaku dari balik celana dalam itu. Akupun tersadar.
“Bang yanto tolong bang yanto jangan... “ kataku panik, aku tak mau lebih dari ini, ini sudah di luar batas. Aku tak mau mengkhianati suamiku sendiri.
“Udahlah bu dewi nikmati aja, saya bakal bikin bu Dewi puas” kata bang yanto sambil berbisik.
Bang yanto berusaha menarik calana dalamku, tapi ku tahan sekuat tenaga. Kembali jari2 bang yanto meraba2 vaginaku dari balik celana dalam membuat rasa geli sekaligus jijik membuat tanganku tak kuasa untuk menahan celana dalamku yang kemudian berhasil diturunkan kebawah dan dilepas sambil dibukanya pahaku lebar2. Terlihatlah sudah vaginaku berwarna merah kecoklatan yang ditumbuhi bulu2 halus disekitarnya, bang yanto sendiri merasa kagum, sedangkan aku sendiri merasa sangat risih liang kewanitaanku di perhatikan dengan jarak yang begitu dekat oleh laki2 lain yang bukan suamiku.
“Gila nih memek warnanya masih merah kaya perawan aja, pasti suami bu dewi jarang pake nih memek” kata bang yanto. Aku tak tau itu hinaan atau pujian yang pasti aku benar2 risih mendengar perkataan bang yanto dengan kata2 vulgarnya.
Selanjutnya aku merasakan lidah bang yanto mulai menyapu bagian luar vaginaku, digigitnya bibir vaginaku, kemudian jari telunjuknya mulai dimasukkan ke dalam vaginaku dan... Aaahhhhh rangsangan yang kurasakan ini benar2 membuat vaginaku menjadi basah, libidoku benar2 naik. Lalu kemudian bang yanto mulai menjilati itilku.
“aaaahh awhhh... “ kataku menjerit tertahan. Oh tidak, jangan itilku.. aduuuhhh ini sungguh sangat surgawi.
“aaaahhhh aaaaahhhhh aduuuuhhhhh” aku sudah tidak bisa menahan desahan yang dari tadi kutahan menerima rangsangan bang yanto, jari tangannya sudah menusuk2 ke dalam vaginaku, sementara lidahnya terus saja menjilat dan mengigit itilku..
“aaaahhh.. ampun bang yanto aaahhhhh...” aku mendesah cukup keras, vaginaku merasakan geli yang luar biasa dan sebelum rasa orgasme ini datang tiba2 bang yanto justru melepaskan hisapannya dari vaginaku kemudian bang yanto melepas celana jeans dan celana dalamnya, karena suasana kamar gelap terlihat samar2 penis bang yanto yang berukuran panjang dan berurat itu 2x lipat dari panjang penis suamiku mulai mengarahkan kearah liang vaginaku, melihat penis bang yanto aku merasa bergidik dan ngeri membayangkan penis sebesar itu bisa masuk ke lubang vaginaku.
“tolong bang yanto jangan lakukan ini, kumohon bang yanto... “ kataku sambil terisak sedih disatu sisi aku tak ingin mengkhianati suamiku tapi tubuhku berkata lain, vaginaku yang sudah gatal dari tadi menginginkan penis bang yanto.
Perlahan bang yanto mulai mengarahkan kepala penisnya yang besar itu ke liang vaginaku. Ketika kepala penisnya mulai masuk ke lubang kemaluanku, aku kembali menjerit dan mendesah.
“aaaaaawwwhh... “
Rasa kemaluanku begitu mencengkram untuk mempersempit kepala penis bang yanto masuk lebih jauh ke dalam liang kemaluanku, tapi bang yanto tidak memperdulikanku dan tetap memasukkan penisnya. Sudah setengah batang penis bang yanto di dalam liang vaginaku, terasa sekali vaginaku penuh sesak oleh penis bang yanto, dan ketika bang yanto mendorong lebih jauh penisnya masuk dan blesss...
“aaaaahhhhhhh.... aaaahhhhhhh... aduuuuhhhh..... “
Aku mendapatkan orgasme pertamaku, rasa geli dan nikmat menjalar ke sekujur tubuhku, seluruh penis besar bang yanto sudah masuk ke dalam liang vaginaku yang penuh sesak. Aku hanya bisa meremas Kasur sprey menahan nikmat bercampur sakit di bagian vaginaku, belum pernah aku merasakan penis sebesar ini di dalam vaginaku.
Bang yanto mendiamkan penisnya yang besar itu di dalam vaginaku, kemudian bang yanto mulai memaju mundurkan penisnya perlahan, kemudian gerekannya semakin intens, tubuhku ikut bergerak menikmati gerakan pinggul bang yanto.. uuuhhhh nikmat sekali vaginaku terasa seperti di aduk2 oleh penis bang yanto,,
“aaahhh.. aaaahhhh.. aaaahhhh.. “ desahku menikmati setiap dorongan penis bang yanto di dalam vaginaku.
“gimana bu dewi nikmat kan ?” tanya bang yanto menggodaku.
“.....” aku hanya diam, ku tutup mukaku dengan tangan sambil menahan malu, aku akui vaginaku sungguh nikmat walau aku tau perbuatan ini salah.
Bang yanto terus saja menyodok2an penisnya, terasa sekali vaginaku sudah basah. sudah 20 menit bang yanto menyetubuhiku tanpa kelelahan bahkan intensitas sodokannya semakin cepat. Ooohhhh tidaakk... otot2 vaginaku kembali menegang... aku ingiiin keluaar...
Plok.. plok... plok... bunyi pinggang bang yanto beradu dengan bokongku...
“aaahhhhhh ahhhhh ahhhh... akuuu keluaaaarrr... “ jeritku menikmati orgasme kedua yang kurasakan.
“ooohhhh.... “ mataku terbelalak, tubuhku meliuk2 ke kanan dan kekiri menikmati rangsangan dan rangsangan yang kuterima..
Tapi bang yanto tidak menghentikan genjotannya di dalam vaginaku, dia coba menahan tubuhku agar penisnya tidak keluar dari vaginaku.. justru bang yanto semakin mempercepat sodokannnya di dalam vaginaku... mukanya di dekatkan di depan mukaku.. lalu bibirnya yang tebal itu mulai menciumi bibirku yang tipis... entah kenapa aku justru menerima ciumannya.. kami berciuaman dengan erotis layaknya sepasang kekasih yang dimabuk asmara...
“uhmmm cuppp cupp slrruppp... slrruppp.. ahh..” suara bunyi pagutan ciuam kami, lidahnya beradu dengan lidahku menimbulkan sensasi bercinta yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
ohhh... apa2an ini.. ? baru saja tadi aku mendapatkan orgasme dan sekarang saraf2 vaginaku kembali menegang... ahhh ahhh... genjotan penisnya yang besar, semakin cepat, dan cepat,,
“ohhh bu dewiii.. saya mau keluar... keluarin di dalem yaa.. ?” tanya bang yanto. Aku pun tersadar.
“ahhhh.... ja.. jangan.. jangann keluarin di dalam... ahhhh.. ahhh...”
“ohhh bu dewii... nikmat banget sih tubuhmu... aku ingin keluaaarr...”
“ahh.. bang... aaahhhhh... aaaahhh... aaaaahhhh..... “
Lalu bang yanto membenamkan seluruh penisnya dalam2 di liang vaginaku... dan..
“aaahhhh... aaaahhhh... aaahhhh.... baaang.....”
“oohhh.. bu dewiii....”
Crott.. crott.. crottt...
Ahhh.... geliii... enaaakkk.... kataku dalam hati....
Bersamaan dengan orgasmeku yang ketiga bang yanto memuncratkan cairan spremanya di dalam vaginaku, ahhh.. terasa sekali batang bang yanto menyemburkan spermanya yang hangat di dalam rahimku... kemudian tubuh bang yanto ambruk di atas tubuhku, aku dan bang yanto terengah2.. aku mencoba mengatur nafasku.. bang yanto malah menciumi pipiku..
“uhmmm cuppp cupp.. Ibu dewi bener2 cantik... “ kata bang yanto memujiku.
Aku hanya diam saja.
Ku kira permainan ini sudah berakhir, tapi kemudian bang yanto justru mengangkat tubuhku,
“coba bu dewi nungging” kata bang yanto sambil membalikkan tubuhku dengan posisi nungging. Aku hanya diam saja, huh kenapa juga aku mau disuruh2 olehnya ?
Kemudian bang yanto berdiri di belakangku,, aku yang masih kelelahan awalnya tak mengerti apa yang bang yanto mau sebelum bang yanto kembali memasukkan penisnya dari belakang.. dan uuuhhh... penis bang yanto kembali masuk ke liang vaginaku. Kali ini penis bang yanto langsung masuk ke dalam seluruhnya tanpa susah payah, mungkin karena vaginaku sudah basah karena cairan spermanya tadi.. bang yanto mulai memaju-mundurkan penisnya dengan intensitas sedang..
Plokkk... plokk.. plokkk..
Duuuhh... aku kembali merasakan gatal di bagian vaginaku.. aku sudah tidak melihat kearah bang yanto karena posisiku membelakanginya, aku hanya bisa memejamkan mata sambil menikmati inchi demi inchi penis bang yanto yang mengaduk2 liang vaginaku...
“aahhh.... aahh... aaahhh..”
“mulai sekarang ibu dewi bayar ojeknya pake tubuh ibu yaa... hehehe... “ kata bang yanto cengengesan..
“ahhh... aahhh... ahhh...” aku tidak membalas dan hanya bisa mendesah.
“nikmat mana kontol gua sama kontol suamimu ?” kata bang yanto..
“...” tapi aku tak menjawab, malu mengakui penis bang yanto lebih nikmat dari punya suamiku.
Tiba2.. plok... plok... PLOKK.. bang yanto memasukkan penisnya begitu dalam hingga mentok ke dinding rahimku aduuuh....
“Jawab Lonte ! nikmat mana kontol gua sama suami lo ?” kata bang yanto dengan nada yang galak.
“ohhh.... bang yantoo... ampuunnn bang yantooo... aaahhhh”
“jawab ! nikmat mana ?” plokk... plokk.. plokkk bunyi penis bang yanto mengaduk di dalam vaginaku dengan kasarnya
Setiap bang yanto hampir mengeluarkan penisnya, pasti bang yanto langsung menyodok seluruh penisnya dengan keras dan kasar ke dalam vaginaku..
PLOK... “aaawwhh.... “ kataku menjerit.. PLOK... PLOK.. PLOK... “awwwhh.. aduhhh.. ampuun... “
“Nikmat mana lonte ! jawab ?”
“nik... nikmat punya bang yanto... awhh”
“apanya yang nikmat ?” kata bang yanto.
“pe.. penis bang yanto...”
“bukan penis tapi Kontol ! “
“ehh.. iyyaa iyaa.. aaahhh...”
“bilang kontol gua lebih nikmat dari kontol suami lo” kata bang yanto yang sekarang tangannya sudah menjamah kedua bukit kembarku yang dari tadi menggantung bebas.
“ahh.. iyya.. iyya... kon... kontol bang yanto... uuuh... kontol bang yanto lebih nikmat dari kontol suamiku” kataku
“nah gitu dong hehehe...” kata bang yanto cengengesan
Aduuuhh... kenapa... kenapa nikmat sekali.... ahh... ahhh.. ahh... maafkan aku mas edy sudah mengkhianatimu sebagai istri, maafkan aku andi anakku.. aku bukan mama yang baik...
Bang yanto terus saja menyodokku dari belakang.. hingga aku merasa orgasmeku yang ketiga akan datang..
“ahhh.. ahh... bang yanto... bang yantoo.. aku mau keluaarr...”
“ohh.. iya sayang... kita keluar sama2 yaaa... “ kata bang yanto sambil bibirnya menciumi bibirku denga buas.. kubalas ciuman itu..
“uhhh.. uhmmm... slruppp.. slruppp...” bunyi lidah kami berpadu..
Aahh... aku merasa sudah menjadi istri yang nakal... sekarang aku malah menikmati persetubuhan ini,, dengan posisi yang sekarang bang yanto meyetubuhiku dengan gaya doggy stle nya sembil kedua tangannya menjamah kasar kedua payudaraku, sementara bang yanto menciumi bibirku dan lidahku dari belakang....
“teruss.. bang yanto terusss... “ aku sudah mendesah dan tak perduli dengan statusku sebagai istri dan ibu.
aahh... tubuhku sudah basah oleh keringat,, sementara bang yanto semakin mempercepat sodokannya,, stamina bang yanto benar2 kuat.. otot vaginaku semakin menegang dan...
“aaaaahhhhh..... aku keluar... aku keluar.... oohhh... nikmatnya... ooohh... enaaakk...”
“ohhh.. ”erangan bang yanto..
kembali sperma bang yanto tumpah seluruhnya di dalam vaginaku. Tubuhkupun ambruk ke Kasur... aaahh.. nikmatnya persetubuhan ini.. tubuh bang yanto ambruk di samping tubuhku.
Setelah itu aku dan bang yanto kembali melanjutkan perzinaan kami.. hujan di luar masih turun dengan derasnya jadi suara desahanku tidak akan terdengar ke tetangga sementara listrik belum juga menyala...sudah tak ingat berapa kali aku mendapatkan orgasme dari persetubuhan ini mungkin sekitar 6 – 8 kali, sementara bang yanto 3 kali mengeluarkan spremanya di dalam rahimku..
Rasa pegal dan capek persetubuhan tadi bersama bang yanto membuatku tertidur lelap.. aku sudah tidak peduli lagi dengan keadaan bang yanto..
Selasa, 11 September 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar