Shanti adalah seorang gadis yang cantik dan ramah. Usianya sudah 17
tahun dan ia tak dapat lagi meneruskan sekolahnya karena orang tuanya
tidak mampu. Wajahnya oval dan sangat bersih, kulit gadis itu kuning
langsat. Mata Shanti bersinar lembut, bibirnya kemerahan tanpa lipstik.
Shanti mempunyai rambut yang panjang sampai dadanya, berwarna hitam,
tubuhnya seperti layaknya gadis kampung seusianya. Buah dada Shanti
membusung walaupun tidak dapat dikatakan besar namun Shanti memiliki
pantat yang indah dan serasi dengan bentuk tubuhnya. Pendek kata Shanti
seorang gadis yang sedang tumbuh mekar dan selalu dikagumi setiap pemuda
dikampungnya.
Tuti seorang wanita yang sudah berusia 32 tahun. Ia
seorang janda ditinggal cerai suaminya. Sudah 3 tahun Tuti bercerai
dengan suaminya karena laki-laki itu main gila dengan seorang pelacur
dari Jawa Tengah. Tuti bertubuh montok dan bahenol. Semuanya serba bulat
dan kencang, wajahnya cukup manis dengan rambut sebahu dan ikal. Bibir
Tuti sangat menggoda setiap laki-laki, walaupun hidungnya agak pesek.
Kulit Tuti berwarna coklat tua karena ia sering ke pasar dan ke sawah
sebagai buruh tani kalau sedang musim tanam atau panen. Tuti dulunya
adalah seorang pelacur daerah Tretes, Jawa Timur. Dulu uang begitu
gampang diperoleh dan laki-laki begitu gampang dipeluknya, sampai
akhirnya hukum karma membuat ia menjanda karena sesama teman
seprofesinya juga. Banyak orang dikampung yang diam-diam mengetahui
sejarah kelam Tuti dan banyak juga yang mencoba hendak memanfaatkan dia.
Tapi selama ini Tuti terlihat sangat cuek dan sinis terhadap
orang-orang yang menggodanya. Buah dada Tuti besarnya bukan main, sering
ia merasa risih dengan miliknya sendiri. Tapi ia tahu buah dadanya
menjadi buah-bibir baginya. Dan sedikit banyak ia juga bangga dengan
buah dadanya yang besar dan kenyal itu. Tuti juga memiliki pantat yang
besar dan indah, nungging seperti meminta……. tubuh Tuti sering menjadi
mimpi basah para pemuda dikampungnya.
“Shan, kamu sudah punya
pacar belum?” Tiba Tuti berjongkok didepan Shanti dan mulai membantu
gadis itu mencuci pirng-piring kotor. Shanti terkikik dan menggeleng.
“Belum tuh”
“Lho? Gadis secantik kamu pasti banyak yang naksir” kata Tuti sambil memandang Shanti. Shanti tertawa lagi.
“Payah.?? semuanya mikir kesitu melulu” Jawab Shanti.
“Memang.?? laki2 itu kalau melihat perempuan pikirannya langsung ingin ngewe” kata Tuti tanpa merasa risih berkata kasar.
“Ah mbak, jangan suka ngomong gitu ah” timpal Shanti.
“Kan nggak ada yang dengar ini” Jawab Tuti. Mereka terdiam lama.
“Mbak…….” suara Shanti menggantung. Tuti terus mencuci.
“Mmmm?” Jawab wanita itu.
“Ngggg………”
“Ngomong aja susah banget sih” Tuti mulai hilang sabar. Shanti menunduk.
“Ngg…… anu…….. ngewe itu enak nggak sih?” Akhirnya keluar juga. Tuti memandang gadis itu.
“Yaaa…….. enaak banget Shan, apalagi kalo yang ngewein kita pinter” jawab Tuti seenaknya.
“Maksud mbak?” Shanti penasaran.
“Iya pinter………. bisa macam-macam dan punya kon**l yang keras!” kata
Tuti sambil terkikik. Shanti merah padam mendengarnya. Tapi gadis itu
makin penasaran.
“Bisa macam-macam apa sih, Mbak?” tanya Shanti.
Tuti memandangnya sambil menimbang. Ah……. toh nanti gadis kecil ini
harus tahu juga. Dan Shanti sungguh cantik sekali, sekilas mata Tuti
tertumbuk pada posisi Shanti yang sedang berjongkok. Tuti melihat gadis
itu mengangkang dan terlihat celana dalam gadis itu berwarna coklat
muda.
“Macam-macam seperti tempik kita diciumin, dijilat bahkan ada
yang sampai mau ngemut tempik kita lohh….” jawab Tuti. Entah kenapa Tuti
merasa sangat terangsang dengan jawabannya dan darahnya mendidih
melihat selangkangan Shanti yang bersih serta mulus.
“Idiiiih…… jorok ihhhh….. kok ada yang mau sih?” Shanti sekarang melotot tak percaya.
“Lho…… banyak yang doyan ngemut memiaw Shan. Ngemut kon**l juga enak
banget kok” jawab Tuti masih terus melihat selangkangan Shanti.
“Astaga……. masak anunya lelaki diemut?” Shanti merasa aneh dan
jantungnya berdebar, ia merasa ada aliran aneh menjalar dalam dirinya.
Gadis itu tidak mengerti bahwa ia terangsang.
“Oh enak banget Shan, rasanya hangat dan licin, apalagi kalo ehm…… ehmm………”
“Kalo apa mbak?” Shanti makin penasaran. Tuti merasa melihat bagian
memiaw Shanti yang tertutup celana dalam krem itu ada bercak gelap, tapi
Tuti tidak yakin.
“Yaaa…….. malu ahhh….!” Tuti sengaja membuat Shanti penasaran.
“Ayo doong mbak” rengek Shanti. Tuti sekarang yakin bahwa memiaw gadis
itu sudah basah sehingga terlihat bercak gelap di celana dalamnya. Tuti
sendiri merasa sangat terangsang melihat pemandangan itu.
“Kalo
pejuhnya menyembur dalam mulut kita, rasanya panas dan asin, lengket
tapi enak banget!” bisik Tuti didekat telinga Shanti. Shanti
membelalakkan matanya.
“Apa itu pejuh?” tanyanya. Tuti merasa tidak tahan.
“Pejuh itu seperti santan yang sering bikin memiaw kita basah lho”
Jawab Tuti. Ia melihat bagian memiaw Shanti makin gelap, wah gadis ini
banjir, pikir Tuti.
“Idiiihhh amit-amit, jorok banget sih”
“Lho kok jorok? Laki-laki juga doyan banget sama santan kita, apalagi kalo memiaw kita harum, tidak bau terasi”
“Idiiihh mbak saru ah!”
“Tapi aku yakin memiaw kita pasti wangi, soalnya kita kan minum jamu terus”
“Udah ah, lama2 jadi saru nih” kata Shanti. Tuti tertawa.
“Kamu udah banjir yaaa?” goda Tuti. Shanti memerah, buru-buru ia merapatkan kedua kakinya.
“Ahhh….. Mbaakk!!!” Tuti tersenyum melihat Shanti melotot.
“Nggak usah malu, aku sendiri juga basah nih” Kata Tuti. Ia lalu
membuka kakinya sehingga Shanti bisa melihat celana dalam putih dengan
bercak gelap ditengah, Shanti terbelak melihat bulu-bulu kemaluan Tuti
yang mencuat keluar dari samping celana dalamnya, lebat sekali,
pikirnya.
“Ihhh….. mbak jorok nih” desis Shanti. Tuti terkekeh.
“Mau merasakan bagaimana tempik kamu diemut?” bisik Tuti. Shanti berdebar.
“Ngaco ah!”
“Aku mau emutin punya kamu, Shan?” Tuti mendekat. Shanti buru-buru bangun dan mundur ketakutan. Tuti tertawa.
“Kamu akan bisa pingsan merasakannya” bisik Tuti lagi.
“Ogah ah….. udah deh…… jangan nakut-nakutin akhh” Shanti mundur mendekati pintu kamar mandi dan Tuti makin maju.
“Nggak apa-apa kok…. cuman diemut aja kok takut?”
“Masak mbak yang ngemut?”
“Iya… supaya kamu tahu rasanya”
“Malu ahhhh…….”
“Nggak
apa-apaaa……” Tuti mendekat dan Shanti terpojok sampai akhirnya
pantatnya menyentuh bibir bak mandi. Dan Tuti sudah meraba pahanya.
Shanti merinding dan roknya terangkat ke atas, Shanti memejamkan
matanya. Tuti sudah berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke memiaw Shanti
yang tertutup celana dalam. Tuti mencium bau memiaw Shanti, dan Tuti
puas sekali dengan harumnya memiaw Shanti. Dulu ia sering melakukan
hal-hal seperti ini, malah pernah ia bermain-main bersama 4 pelacur
sekaligus untuk memuaskan tamunya.
Tubuh Shanti gemetar dan
seluruh bulu kuduknya meremang, gadis itu merasa suhu tubuhnya meningkat
dan perasaannya aneh. Tuti mulai menciumi memiaw Shanti yang masih
tertutup. Pelan-pelan tangannya menurunkan celana dalam Shanti dan Tuti
terangsang melihat cairan lendir bening tertarik memanjang menempel pada
celana dalam gadis itu ketika ditarik turun. Tuti menjulurkan lidahnya
memotong cairan memanjang itu dan lidahnya merasakan asin yang enak
sekali. memiaw Shanti sungguh indah sekali, tidak terlihat bibir
kemaluannya bahkan bulu-bulunya pun masih halus dan lembut. Tuti mencium
dan mulai melumat memiaw Shanti. Gadis itu mengerang dan
menggeliat-liat ketika lidah Tuti menjalar membelai liang memiawnya.
Shanti benar-benar shock dengan kenikmatan aneh yang dirasakannya, ada
perasaan geli dan jijik, tapi ada perasaan nikmat yang bukan alang
kepalang. Gadis itu merasakan keanehan yang belum pernah dirasakan
sebelumnya. Bulu kuduknya berdiri hebat tatkala lidah Tuti menyapu
dinding memiawnya, Shanti menggeliat-liat menahan perasaan nyeri nikmat
bagian bawah perutnya.
“Aahhh…. Mbak… uuuhhhh….. ssshhhhh…. ja….
jangan mb….. mbbak! Ji…. jijikhh…. aahhhh” Tuti tidak memperdulikan
rintihan dan erangan Shanti. Lidahnya bergumul dan menembus liang memiaw
Shanti dengan lembut, Tuti tahu Shanti masih perawan dan ia tak ingin
merusak keperawanan Shanti, lidahnya hanya menjulur tidak terlalu dalam,
namun Tuti sudah dapat merasakan cairan asin hangat yang mengalir
membasahi lidahnya dan Tuti mengendus-endus bau khas memiaw Shanti
dengan sangat menikmatinya. Tuti perlahan-lahan menyelipkan jari-jarinya
kesela-sela bokong Shanti, dengan lembut dan dibelai-belainya liang
anus Shanti, dan Shanti sedikit tersentak tapi kemudian menggelinjang
geli, tapi Shanti membiarkan dirinya pasrah terhadap Tuti. Ia percaya
sepenuhnya pada Tuti dan sekarang ia benar-benar merasakan kenikmatan
yang selama ini belum pernah ia rasakan bahkan dalam mimpipun!
“Enak
Shan?” desah Tuti dengan mulut berlumuran lendir Shanti. Shanti
memandang ke bawah dan mengangguk, tubuhnya bergetar hebat, ia tak
menyadari bahwa itu yang dinamakan klimaks kenikmatan seorang perempuan.
Tuti merasakan liang memiawnya berdenyut dan ia meraba serta
menusuk-nusukkan jarinya sendiri keliang memiawnya dan merasakan cairan
licin membasahi jarinya. Ia merintih dengan wajah tersuruk
diselangkangan Shanti, lidahnya kini menjulur dan membelai liang dubur
Shanti dan membuat gadis itu terlonjak-lonjak kegelian serta terpana
mendapatkan perlakuan yang tidak pernah dibayangkannya. Shanti merasa
liang duburnya ditekan-tekan oleh benda lunak dan sesekali terselip
masuk kedalam dan ia akan terlonjak kaget becampur geli, tapi lebih
banyak merasakan kenikmatannya.
Entah bagaimana awalnya, tapi
kenyataannya Shanti dan Tuti telah saling memeluk dalam keadaan
telanjang bulat dilantai kamar mandi. Tuti mencium mulut Shanti, mulanya
gadis itu menolak tapi permainan jari-jemari Tuti diitilnya membuat
gadis itu mabuk kepayang dan kepalanya dipenuhi nafsu berahi yang
memuncak dashyat. Tuti melumat mulut Shanti dengan penuh nafsu, Shanti
membalasnya dengan malu-malu tapi mereka berdua memang saling melumat
juga akhirnya. Terdengar bunyi mulut mereka ketika lidah mereka saling
mengait dan saling menghisap. Shanti berkelojotan berkali-kali dan Tuti
merasakan memiawnya berdenyut-denyut nikmat, ia membayangkan Shanti
menjilati dan mengemuti kemaluannya.
Perlahan-lahan Tuti mulai
menjilati leher gadis itu dan terus menciumi ketiak Shanti, gadis itu
menggelinjang kenikmatan dan makin mengerang keras ketika Tuti mulai
menghisap puting tetek Shanti. Perlahan Tuti menggeser posisinya
sehingga Shanti dapat membelai memiawnya, tapi gadis itu hanya
menggeliat saja. Tuti tidak sabar, diambilnya tangan Shanti dan
ditaruhnya di memiawnya, Shanti mulai membelai dengan canggung. Ketika
jarinya tidak sengaja masuk keliang memiaw Tuti, segera saja wanita itu
memajukan pinggulnya dan memompa jari Shanti. Shanti mulai mengerti dan
ia mulai memainkan itil Tuti dan membuat wanita itu terlonjak-lonjak
nikmat. Lalu perlahan Tuti sudah mengangkangi Shanti dan ia menciumi
memiaw Shanti kembali, lidahnya kembali menggumuli liang kemaluan gadis
itu. Shanti kembali merasakan terjangan gelombang kenikmatan manakala
memiawnya digumuli Tuti, Shanti membiarkan wajahnya basah karena cairan
memiaw Tuti berjatuhan, menetes dan membentuk lendir panjang, tapi
Shanti tidak berani menjilat lendir yang jatuh dibibirnya. Ia memandang
liang memiaw wanita itu dengan heran. memiaw Tuti dengan bibir tebal
kehitaman, bulu kemaluan yang lebat bukan main tapi tidak menutupi liang
itu. Shanti melihat memiaw Tuti lain dengan miliknya. Dan memiaw itu
makin turun sehingga nyaris menyentuh hidungnya. Shanti mencium bau
memiaw Tuti dan dirasakannya sama baunya dengan memiawnya.
Shanti
menjerit tertahan ketika mencapai klimak, tanpa sadar ia menarik bokong
Tuti sehingga wajahnya terbenam dalam memiaw wanita itu, Shanti gelap
mata, ia menjulurkan lidahnya dan menggumuli liang penuh lendir bening
itu. Shanti bahkan menghisap lendir itu seperti kelaparan. Shanti
mengemut itil Tuti yang besar dan menonjol. Tubuh Tuti kaku seperti kayu
dan bergetar hebat, pinggulnya kejang-kejang merasakan orgasme yang
luar biasa ketika itilnya dihisap dan dijilat Shanti. Tuti menjerit
keras dan ia menekan memiawnya sehingga ia dapat merasakan hidung Shanti
terselip dibelahan liang memiawnya dan ia menggoyang2kan pinggulnya
maju mundur dan dirasakannya itilnya bergesekan dengan hidung Shanti dan
gadis itu malah menambahkan kenikmatan Tuti dengan menjulurkan lidahnya
sehingga setiap kali Tuti memajukan atau memundurkan pinggulnya selalu
bergesekan dengan lidah serta hidung Shanti. Tuti berkelojotan hebat
sekali, ia meliuk-liuk seperti menahan nyeri, matanya berputar sehingga
menampakan putihnya saja dan mulutnya mengeluarkan desahan kenikmatan.
“Shantiiiiiii!!!!…….
aaaaaaarrrrgggghhhhh!!!!…..” Tuti merasakan bagian bawah perutnya nyeri
dan ngilu. Orgasme yang ternikmat yang pernah dirasakannya sejak ia
meninggalkan dunia hitamnya.
Shanti merasa puas karena berhasil
membuat Tuti menjerit-jerit minta ampun karena kenikmatan. Shanti
merasa, ternyata ia suka sekali dengan rasa dan bau memiaw Tuti. Ia
berpikir apakah memiawnya juga seenak itu. Ia merasakan hangatnya liang
memiaw Tuti dan ia merasakan kasarnya bulu-bulu kemaluan Tuti kala
menggesek diwajahnya. Shanti tersenyum lemah karena lelah. Tuti ambruk
diatas tubuhnya dan Shanti membiarkan, dan gadis itu iseng membuka
pantat Tuti dan memperhatikan liang anus Tuti. Shanti melihat liang
dubur Tuti seperti bintang berwarna kehitaman dan sangat indah. Shanti
penasaran, ia mencium serta mengendus liang itu…. tidak berbau apa-apa.
Tuti diam saja membiarkan Shanti berbuat sesukanya. Shanti menjulurkan
lidahnya dan menyentuh liang dubur Tuti dengan perlahan, kemudian ia
menempelkan hidungnya lagi dan merasakan kehangatan liang itu. Dan
Shanti mulai menekan-nekan lidahnya ke liang itu dan membuat Tuti
menggelinjang geli.
“Aduh Shan, enak…. terus Shan… jilat… jilat
terus… ya.. ya… aaakkhhhh…” Tuti merasakan lidah Shanti kaku menusuk
liang duburnya. Tuti bangkit lalu berjongkok diatas wajah Shanti dan ia
mulai menurun naikkan bokongnya sehingga lidah Shanti yang kaku
dirasakannya menembus sedikit kedalam liang duburnya. Tuti menggeram
pelan…… Shanti merasakan perasaan aneh ketika lidahnya melesak masuk
kedalam liang dubur Tuti, ia menyukai permainannya itu dan merasa senang
dengan apa yang diperbuatnya. Lidahnya tidak merasakan apa-apa, yang
dirasakan cuma perasaan anehnya saja.
Tuti tidak ingin Shanti
terus melakukan untuknya. Ia menggulingkan Shanti sehingga gadis itu
terlentang, lalu kedua kakinya diangkat oleh Tuti sehingga liang dubur
gadis itu mencuat keatas wajahnya. Dijilatnya liang dubur Shanti dengan
rakus, lalu setelah licin oleh air liurnya dimasukkannya jarinya kedalam
liang itu. Shanti menggigit bibir, ia merasa mulas tapi sekaligus
nikmat. Kemudian dilihatnya Tuti mengeluar masukkan jarinya lalu setelah
beberapa lama Tuti menjilati jari itu dengan nikmat, bahkan lidahnya
terbenam jauh kedalam liang duburnya. Shanti mengeluh, belum pernah itu
membayangkan apalagi merasakan perbuatan seperti itu, gadis itu mabuk
kepayang dan sangat terangsang dengan perbuatan Tuti. Ia merasa
seolah-olah Tuti adalah pembersihnya, Shanti memejamkan mata dan
merasakan memiawnya berdenyut mengeluarkan cairan.
Tuti
benar-benar tergila-gila dengan perbuatannya itu, ia tidak pernah
menjilat liang dubur pria dan ia tak pernah ingin, tapi liang dubur
Shanti begitu merangsang, begitu lembut dan begitu nikmat. Tuti tidak
mau membayangkan apa yang biasa keluar dari lubang itu, ia cuma ingin
merasakan lidahnya terjepit diliang itu dan bagaimana rasanya. Ia tahu
Shanti gadis yang sangat bersih, sama dengan dirinya. Tuti tidak kuatir
dengan hal itu. Yang diinginkannya saat ini hanyalah membuat Shanti
betul-betul puas dan dewasa. Tuti kemudian memompa liang memiaw Shanti
dengan lidahnya dan membuat gadis itu meraung-raung serta kejang-kejang.
“Mbaakkkk…
sudah mbaakkk…. ampuuunnn…… ooohhhhh!!!” Shanti sudah tidak kuat lagi
menanggung kenikmatan yang datangnya bertubi-tubi melanda tubuh dan
perasaannya. Ia menjambak rambut Tuti dan berusaha membuat wajah itu
jauh dari memiawnya. Dan akhirnya mereka berbaring lelah dilantai kamar
mandi. Tuti memandang Shanti….
“Bagaimana? Sudah mau pingsan keenakan belum?” tanya Tuti. Shanti membuka matanya dan memandang wanita itu.
“Bisa gila aku mbak…. aahhh benar-benar bisa gila!” Desah Shanti. Tuti tersenyum.
“Mau lagi?”
“Jangan! Bisa semaput benaran aku nanti…”
“Ya sudah tak mandikan yuk!” Kata Tuti. Mereka bangkit dan kemudian
saling memandikan. Sejak itu Shanti mengetahui apa yang harus
dilakukannya jika berahinya datang melanda. Kejadian pertama itu
membuatnya tahu apa sebenarnya yang dapat membuatnya nikmat dan puas.
Shanti belajar banyak dari Tuti. Dan ia memuja wanita itu.
Malam
itu Shanti tidak dapat memejamkan matanya, ia teringat perbuatannya
dengan Tuti. Terbayang olehnya perbuatan Tuti terhadap dirinya, Shanti
merasa seluruh bulu ditubuhnya berdiri dan ia merasa agak demam. Ia
mengeluh karena merasa ingin sekali mengulangi lagi dengan wanita itu.
Shanti bangun dan berjalan kemeja kecil tempat ia biasa merias diri.
Dikamar sebelah terdengar suara2 aneh, itu kamar Supriati, teman sesama
kostnya. Shanti mencoba mendengar, antara kamar dengan kamar hanya
dibatasi dinding papan tipis. Shanti kadang suka kesal dengan Supriati
yang bekerja di pabrik karena wanita itu suka menendang-nendang dalam
tidurnya dan itu membuat Shanti kaget setengah mati ditengah malam. Tapi
suara sekarang lain, bukan suara yang keras, suara yang samar-samar dan
sepertinya ada suara lain, Shanti menempelkan telinganya dan ia
mendengar suara rintihan Supriati. Shanti berdebar, ini malam
minggu….biasanya pacar wanita itu suka datang menginap. Sedang apa
mereka?
Shanti berjingkat keluar kamar. Diluar sepi sekali,
sekarang sudah jam 1 pagi, pasti Supriati sedang berasyik-asyik dengan
pacarnya. Shanti tegang, ia berjalan kebalik kamar Supriati yang
bersebelahan dengan ruang televisi. Shanti tahu disana dindingnya tidak
sampai atas dan dinding itu yang menyekat kamar Supriati. Pelan-pelan
Shanti naik keatas bangku, lalu naik lagi keatas lemari pendek dan ia
berjongkok disana. Ia ragu hendak berdiri, takut terlihat, tapi keingin
tahuannya membuatnya nekad. Dan pelan-pelan kepalanya menyembul dan
pandangannya menatap kedalam kamar Supriati. Penerangan kamar itu agak
redup tapi Shanti bisa melihat dengan jelas Supriati sedang ditindih
oleh pacarnya! Supriati mengerang sambil menggeliat-geliat menggoyang
pinggulnya, kedua kakinya terlipat dan menekan pantat pacarnya. Pacarnya
menggenjot Supriati dengan cepat. Shanti merasa meriang, matanya
terbelalak dan tubuhnya gemetar. Laki-laki itu sedang meremas buah dada
Supriati dan wajah mereka menempel satu sama lainnya. Mereka sedang
berciuman dengan liar. Supriati menggumam dan melihat tangan Supriati
meremas-remas pantat pacarnya dengan keras. Shanti terangsang sekali,
belum pernah ia melihat pemandangan orang yang sedang bersetubuh dan
sekarang ia merasa aneh, ia merasa perutnya ngilu dan dengkulnya gemetar
tak keruan.
Pacar Supriati berteriak tertahan dan mengangkat
bokongnya. Shanti melihat tangan Supriati masuk kebawah dan terlihatlah
kon**l yang besar sekali didalam genggaman Supriati dan kon**l itu
menyemburkan cairan putih ke perut Supriati. Supriati mengocok kon**l
pacarnya dengan cepat dan laki-laki itu nafasnya mendengus-dengus hebat
dengan tubuh bergetar. Shanti merinding melihat benda yang besar dan
panjang seperti itu, Shanti ngeri melihat kon**l yang begitu besar, ia
tahu bahwa itu besar sekali karena sebelumnya Shanti belum pernah
membayangkan kon**l dapat membesar dan sepanjang itu! Shanti melorot
turun dengan lutut lemas, ia berjingkat kembali masuk kedalam kamarnya
lalu merebahkan diri diranjang. Mengerikan sekali kon**l lelaki,
pikirnya. Mana mungkin benda sebesar itu muat dimemiawnya? Shanti
merinding membayangkan lubang memiaw Supriati yang pasti luar biasa
besar. Dan Shanti akhirnya terlelap.
0 komentar:
Posting Komentar