Jarak umurku pun terpaut paling jauh.
Dia jejaka tua dulu menikahi aku dia berumur 38 tahun. Suamiku mempunyai
nama Mas Seno, dia sedang di Kalimantan dan aku di Jawa. Aku dulu
pernah bermukim di Kalimantan namun tidak kerasan karen jauh dari kota.
Aku jenuh dan melulu bertahan 6 bulan di Kalimantan. Suamiku menyadari
alasanku tidak mau bermukim disana.
Setiap bulan Mas Seno menyempatkan
masa-masa untuk kembali melepas rindu. Mas Seno sosok lelaki yang
bertanggungjawab dan perhatian dengan keluarga. Setiap tanggal muda dia
tidak jarang kali mentransfer duit untuk keperluan aku dan anakku. Tidak
banyak uang yang Mas Seno kirim, satu bulan dia memberi aku 25 juta.
Aku bisa melakukan pembelian barang apa saja yang aku inginkan.
Perawatan tidak jarang kali menjadi
nomor satu, untuk mengawal penampilan sebab aku masih muda. Harus tetap
cantik dan segar. Walaupun tubuhku yang sexy ini jarang dijamah suamiku.
Mas Seno bahagia banget hidup denganku, aku dapat memberikan kepuasan
seks untuknya. Namun Mas Seno tenaganya telah tidak sekuat dulu, gampang
loyo dan capek.
Paling sekali aja udah merasa puas,
walaupun sebetulnya aku tidak menikmati kepuasan dari Mas Seno. Rasanya
hambar bersangkutan seks dengan Mas Seno, tapi inginkan bagaimana lagi
ini telah kewajibanku. Apalagi Cuma satu bulan sekali pulangnya, bagiku
kepuasan seksku paling berkurang. Hiburanku melulu bermain dengan
teman-teman ngemall dan pergi kemana aja.
Setiap jalan dengan rekan rasanya ngiri
semua kisah tentang suaminya, sementara suamiku jauh disana. Kadang
temanku sering mengolok-olok aku , namun yasudahlah itu melulu gurauan
sesaat. Pada waktu tersebut Mas Seno tidak dapat pulang sekitar 3 bulan
sebab disana sedang menunggui tumbuhan sawitnya. Selama 3 bulan tersebut
berasa 3 tahun, melulu meteri yang aku dapat.
Batinku tertekan sebab selalu jauh
keperluan akan seks aku tidak terlampiaskan. Aku suntuk masing-masing
hari aku pergi dengan temanku. Temanku mempunyai nama Hendra, dia dulu
rekan sekolah aku. Dia masih bujang belum menikah, anda amsih tidak
jarang WA atau BBM-an. Dan melulu dia yang tidak jarang kali punya
masa-masa kosong guna aku. Mungkin kegiatannya melulu berkuliah dan
nokrong, namanya anak muda.
Dia menjadi rekan curhat aku, dia tau
seluruh keluh kesah aku. Kadang bila bertemu dengan Hendra aku menyuruh
anakku agar tidak memunculkan fitnah. Anakku pun sangat terbiasa dengan
Hendra. Paling aku ke kafe atau ke timezone andai putriku ikut denganku.
Setiap kali bertemu aku selalu mengisahkan rumah tangga aku dengan Mas
Seno.
Saat tersebut Hendra selalu menyerahkan
nasehat supaya aku tidak jarang kali sabar. Memang tidak baik andai
berumah tangga namun tidak bermukim serumah. Mau bagaimana lagi aku
tidak dapat hidup di Kalimantan. Waktu tersebut Hendra mengajakku pergi
nonton, aku bergegas pergi guna meghilangkan penat. Kita nonton film
romantic, berasa masih jaman pacaran saja.
Hendra memang tipical cowok yang
romantic tapi sampai saat ini dia masih asyik jomblo. Setelah film usai
aku dan Hendra kembali ke rumah. Besok Hendra mengajakku pergi ke puncak
dengan anakku. Ya nggak papa sih asal sama anak aku inginkan aja.
Sesampainya di lokasi tinggal aku bersiap-siap packing guna besok.
Keesokan harinya aku telah bersiap guna
pergi berlibur ke puncak. Aku telah ijin dengan Mas Senp, namun aku
sengaja menutupi andai aku pergi dengan Hendra. Sebenarnya nggak
terdapat apa-apa Cuma aku fobia mas Seno berprasangka buruk terhadap ku.
Aku, putriku dan Bik Sumi berangkat mengarah ke rumah Hendra. Tampak
Hendra sudah menantikan di depan lokasi tinggal dengan membawa tas
ransel.
Penampilan anak muda kece banget aku pun nggak inginkan kalah dong,
“ayo Hen anda pergi..”
“Iya Karin tunggu sebentar kameraku tertinggal..”
“ayo Hen anda pergi..”
“Iya Karin tunggu sebentar kameraku tertinggal..”
etelah seluruh sudah siap aku dan Hendra
mengarah ke puncak, perjalan selama 3 jam dari rumah. Sepanjang
perjalanan putriku diam tidak menangis tampaknya dia paling happy. Dia
dan Bik Sumi tertidur pulas sebab jalan macet total,mungkin sebab hari
libur. Sesampainya di villa tepat jam 1 siang, Hendra memesan kamar 1,
“loh Hen kok Cuma pesan kamar satu sih..?”
“kan satu Villa terdapat dua kamar di dalamnya Rin, daripada sewa tidak sedikit kamar kan sayang buang uang..”
“ Oh gitu yah, yaudah, hhe… ”
“kan satu Villa terdapat dua kamar di dalamnya Rin, daripada sewa tidak sedikit kamar kan sayang buang uang..”
“ Oh gitu yah, yaudah, hhe… ”
Setelah kunci diserahkan kita berempat
mengarah ke kamar. Memang benar apa kata Hendra masuk ke kamar terdapat
ruang tamu bed 2. Dan di dalam terdapat ruangan 1 lagi guna Hendra
tidur. Aku, putriku dan Bik Sumi istirahat di dua bed depan. Ya okelah,
anda siap berlibur 2 hari disini. Udara yang paling dingin menciptakan
putriku hanya membisu di kamar ditemani Bik Sumi.
Aku dan Hendra pergi untuk merasakan
pemandangan dan ke kebun teh. Hendra bertingkah laksana suamiku jadi
terkenang mas Seno. Jalan ke kebun teh paling jauh keringat mengalir
turun membasahi pipiku. Tiba-tiba Hendra mengelus keringatku. Aku
terdiam dan memandangi Hendra. Dalam hati berbicara perhatian banget
sama aku, pake mengelus keringat dan menggandeng tanganku saat berjalan.
Aku terbawa keadaan dan merasakan udarab
yang paling dingin ini. Aku dan Hendra berdiri di warung pinggiran
disitu jual minuman hangat serta jagung bakar yang khas. Aku berhenti di
warung tersebut istirahat sejenak,
“kamu telah ijin sama suami anda kan Rin..?”tanya Hendra.
“sudah..dia mengijinkan kok..”
“yasudah berarti aman tidak bakal timbul masalah, lama banget Mas Seno nggak pulang Rin..”
“sudah..dia mengijinkan kok..”
“yasudah berarti aman tidak bakal timbul masalah, lama banget Mas Seno nggak pulang Rin..”
“iya Hen lama banget, kangen sih tapi
inginkan gimana lagi. Pengen banget nyusul namun aku kurang sesuai
disana, aku mesti bersabar menantikan suamiku kembali dan aku mesti
menyangga rasa……..”
“rasa apa Rin..”
“enggak kok..Hen biasa suami istri pun butuh bersangkutan layaknya pasangan..”
“walaupun aku belum menikah aku tahu kok Rin apa yang anda maksud..”
“enggak kok..Hen biasa suami istri pun butuh bersangkutan layaknya pasangan..”
“walaupun aku belum menikah aku tahu kok Rin apa yang anda maksud..”
Dengan tidak banyak malu aku menatap
wajah Hendra. Aku curhat tentang pribadiku, dia menyadarinya. Dia
membelai rambutku sambil menyerahkan pengertian. Rasanya nyaman banget
sedang di samping Hendra. Pas lagi curhat Hendra mendekap ku dengan
tiba-tiba, aku paling terkejut. Aku berfikiran mungkin melulu pelukan
seorang kawan saja.
Waktu semakin sore, aku mesti kembali ke
villa. Sampai di kamar putriku telah tertidur pulas. Aku mencuci badan
mandi supaya terlihat fresh. Dengan mengenakan baju santai laksana rok
pendek dan aku bersolek. Setelah mandi aku dan Hendra duduk di ruang Tv
anda bercanda. Dia hingga menggelitik aku sampai aku tertawa keras.
Aku telah mengantuk , aku pergi ke
lokasi tidurku. Hendra masih menyaksikan tv, tengah malam Hendra
mendekati lokasi tidurku. Ntah malam itu, dia istirahat disampingku unik
selimutku. Aku sungguh paling terkejut. Padahal disamping aku terdapat
Bik Sumi, aku takut andai mereka terbangun menyaksikan aku istirahat
dengan Hendra,
“Hen, apaan sih kok istirahat disini..”
“aku pengen merasakan malamku bersamamu Rin,..”
“jangan Hen aku telah berkeluarga aku nggak barangkali menghianati Ma Seno..”
“sudahlah tidak boleh menolak aku tahu anda rindu usapan laki-laki kan?”
Hendra langsung menghirup kening aku lantas bibir aku dia kecup. Padahal samping bed aku terdapat putri dan pembantuku. Rasanya nggak tenang banget,
“pindah di kamar aku yuk Rin..”
“aku pengen merasakan malamku bersamamu Rin,..”
“jangan Hen aku telah berkeluarga aku nggak barangkali menghianati Ma Seno..”
“sudahlah tidak boleh menolak aku tahu anda rindu usapan laki-laki kan?”
Hendra langsung menghirup kening aku lantas bibir aku dia kecup. Padahal samping bed aku terdapat putri dan pembantuku. Rasanya nggak tenang banget,
“pindah di kamar aku yuk Rin..”
Tanpa berfikir panjang Hendra
menggendong aku mengarah ke kamarnya. Ntah apa yang akan dilaksanakan
Hendra aku paling terbawa suasana. Seperti biasa dia berkelakar aku
tidak jarang kali digodanya. Layaknya suami istri yang sedang bergurau
di ranjang. Kembali mendekap aku dengan erat, aku yang menggunakan
lingeri tanpa bra seakan payudaraku menempel di dada Hendra.
Gairah nafsuku hadir dengan tiba-tiba,
Hendra menghirup bibirku dengan paling . Lingeriku tersingkap terlihat
pahaku yang mulus. Sangat nafsu ciuman Hendra, aku terbawa dan menjawab
ciuman itu. Hendra membuka lingeriku aku melulu mengikuti saja.
Payudaraku menggantung kencang Hendra terlihat semakin bersemangat.
Tangannya siap menerkam payudaraku ini,
aku ditidurkan. Tangan Hendra meremas payudaraku, dia berjuang
membangkitkan gairah seksku. Mulut menghirup dan mengulum putting
susuku. Tangan kanan memainkan jemarinya memutar putting dan
meremas-remas,
“aku horny banget Hen…”
“tenang aja Rin aku akan puasin anda malam ini..”
Terus menciptakan ku semakin horny, kedua payudara dia mainkan paling lama. Enak banget permainan Hendra malam ini. Hendra mencungkil payudaraku, dia melepas celananya. Tampak dari dalam celana dalam penis Hendra tegak berdiri,
“tenang aja Rin aku akan puasin anda malam ini..”
Terus menciptakan ku semakin horny, kedua payudara dia mainkan paling lama. Enak banget permainan Hendra malam ini. Hendra mencungkil payudaraku, dia melepas celananya. Tampak dari dalam celana dalam penis Hendra tegak berdiri,
“buka sekalian dong Hen…”
Hendra menuruti perintahku, dan wowww penis yang paling besar berbulu lebat. Hendra membuka celana dalamku, kakiku dia buka lebar. Selakanganku dia jilat sampai tubuhku menggeliat sebab nikmat. Tangannya pulang bermain dimemekku yang besar yang rimbun bakal bulu-bulunya,
Hendra menuruti perintahku, dan wowww penis yang paling besar berbulu lebat. Hendra membuka celana dalamku, kakiku dia buka lebar. Selakanganku dia jilat sampai tubuhku menggeliat sebab nikmat. Tangannya pulang bermain dimemekku yang besar yang rimbun bakal bulu-bulunya,
“memekmu menggemaskan..” ucap Hendra
Pemandangan yang sangat estetis menantang Hendra guna segera memainkannya. Tangannya membuka lipatan-lipatan memekku. Dibuka lebar dan dia berjuang mencari lubang memekku itu. Dia mengairi memekku dengan mengecup ujung luar lubang itu. terus dia kecup sampai aku basah, terbit cairan. Namun Hendra semakin energik cairan itu tidak dipedulikan meleleh ,
Pemandangan yang sangat estetis menantang Hendra guna segera memainkannya. Tangannya membuka lipatan-lipatan memekku. Dibuka lebar dan dia berjuang mencari lubang memekku itu. Dia mengairi memekku dengan mengecup ujung luar lubang itu. terus dia kecup sampai aku basah, terbit cairan. Namun Hendra semakin energik cairan itu tidak dipedulikan meleleh ,
“ahhhh..ahhh…Hend ciumi lagi Hen..kecup lagi lubang memekku” kata-kata tersebut keluar dari mulutku.
Sangat lama dia memainkan aku, sampai aku tak kuasa. Hendra pulang k etas menghirup bibirku, dadanya bergesekan dengan payudaraku sementara penis bergesekan dengan memekku. Nafsu birahi tersebut terus memuncak. Hingga saatnya Hendra mengupayakan memasukkan Penisnya,
“akkkhhhh…akkkhhh…masuk lagi terus ke dalam Hen terus….”
Sangat lama dia memainkan aku, sampai aku tak kuasa. Hendra pulang k etas menghirup bibirku, dadanya bergesekan dengan payudaraku sementara penis bergesekan dengan memekku. Nafsu birahi tersebut terus memuncak. Hingga saatnya Hendra mengupayakan memasukkan Penisnya,
“akkkhhhh…akkkhhh…masuk lagi terus ke dalam Hen terus….”
Setengah batang penis masuk ,
“ohhhhh…ooohhh… lagi Hen terus dorong penismu masuklagi..
“ahhhhhhhhhhhh…..sudah masuk Hen mari Hen mainkan di dalam”
Hendra mengocok kemaluannya di dalam,
maju mundur gerakannya. Keringatku mengalir turun membasahi tubuhku.
Hendra menyaksikan payudaraku tampak montok, dia tak kuasa melihatnya.
Sambil memainkan penisnya, mulut Hendra mengecup putting susuku yang
berwarna kecoklatan,
“ouughhh nikmat ougghhhh…..” hendra terus menggoyangkan gerakan-gerakan nikmat.
Aku memeluknya erat dan tak kuasa aku menerbitkan cairan lagi,
“Hen aku terbit nih..lagi Hen bikin basah lagi..” aku tidak jarang kali meminta lebih Hendra pun tidak jarang kali merespon permintaanku. Aku telah pasrah dan sangat merasakan goyangan penis Hendra di dalam lubang kenimatanku,
Aku memeluknya erat dan tak kuasa aku menerbitkan cairan lagi,
“Hen aku terbit nih..lagi Hen bikin basah lagi..” aku tidak jarang kali meminta lebih Hendra pun tidak jarang kali merespon permintaanku. Aku telah pasrah dan sangat merasakan goyangan penis Hendra di dalam lubang kenimatanku,
“aku telah nggak tahan keluarin ya Rin..”
“croooottt..crrrrooottt…crroooottt…”
“croooottt..crrrrooottt…crroooottt…”
Hendra menyemprotkan cairan tepat di
luar pas didepan lubang memekku. Nikmat banget rasanya udah lama tubuhku
ini tak disentuh pria. Hendr amengambil tisu mencuci tubuhku. Aku
tergeletak lemas Hendra mendekatiku mencoba menyerahkan selimutnya.
Udara yang dingin menciptakan gairahku hadir kembali,
“Hen lagi dong..”
Tanpa bersuara Hendra membelai
payudaraku, putting dia putar-putar memang sengaja menggairahkanku
kembali. “enak banget Hen..kecup dong biar kian nikmat..” mengecup
putingku paling lama, di belahan dadaku dia mengecup sampai ada tanda
bibir merahnya.
“aku boleh nggak emut penismu..”
“boleh Rin apa aja boleh anda sama-sama menikmati..”
“boleh Rin apa aja boleh anda sama-sama menikmati..”
Hendra tergeletak aku yang memainkannya,
aku kocok penisnya sembari mulutku mengecup penisnya. Nggak lama
menciptakan penis Hendra berdiri, mudah banget deh. Aku mengulum dengan
bersemangat, penis yang panjang tersebut tidak masuk sepenuhnya di
mulutku,
“ahhhhh..ahh Rinn” Desahan Hendra sambil mengurangi kepalaku supaya lebih dalam mengulum penisnya.
Karena paling nikmat Hendra tak kuasa
akhirnya terbit kembali sperma itu. “croooottt..crooooott…” mengairi
mulutku, tidak sedikit dan tidak banyak asin aku telan sebagian.
Kenikmatan tersendiri bagiku menikmati sperma pria. Aku dan dia tak
tahan sudah paling capek. Kita istirahat berdua di ranjang dengan posisi
masih telanjang.
Tangan Hendra tidak lepas dari dekapan
dia terus memelukku mencengkeram payudaraku seakan tidak inginkan aku
tinggalkan. Hingga anda tertidur pulas, alarm berbunyi tepat jam 5. Aku
membangkitkan Hendra guna mandi. Aku dan dia mandi bersama di bath up,
disitu anda tetap sempet ngeseks di air. Setelah tersebut aku bergegas
membangkitkan Bik Sumi guna pulang.
Jam 8 anda chek in dari villa, aku
menyempatkan pergi ke taman biar putriku bermain disana. Waktu semakin
senja aku menagajak Hendra pulang. Sepanjang perjalanan kembali aku
terus menilik kejadian semalam. Sejak saat tersebut aku menjalin
hubungan dengan Hendra. Bik Sumi juga tau hubunganku, sebab Hendra tidak
jarang menginap di rumahku. Perselingkuhan berjalan sampai Mas Seno
meninggal dunia dan aku menikah sah dengan Hendra.
0 komentar:
Posting Komentar